Table of Content
Logo GNFI

Bermain Padel, Menikmati Olahraga dari Meksiko yang Sedang Tren di Jakarta

Dimainkan dengan raket, tetapi bukan tenis karena adanya di dalam ruangan. Bukan pula bulutangkis karena mainnya menggunakan bola dan bukan shuttlecock. Apakah itu?

Itu adalah padel. Olahraga permainan raket yang sedang naik daun di Indonesia, khususnya Jakarta. Sekilas, padel mirip tenis dan squash, tetapi jelas terdapat perbedaan di antara ketiganya.

Padel hadir menyusul olahraga-olahraga raket seperti tenis dan bulutangkis yang lebih dulu hadir di Indonesia. Meski keberadaannya di Indonesia belum lama, padel mampu hadir sebagai primadona baru di tengah masyarakat pencinta olahraga, khususnya di Jakarta.

Kenyataannya, padel memang sedang naik daun di Jakarta. Padel boleh jadi belum menyandang predikat sebagai olahraga nomor satu di Jakarta. Namun yang jelas, tak bisa dipungkiri bahwa Ibu Kota memang sedang demam padel.

Mengenal padel, olahraga dengan unsur tenis dan squash

Padel sudah tentu punya kekhasan sendiri dibandingkan olahraga raket lainnya. Padel adalah olahraga raket yang memadukan unsur tenis dan squash, yang dimainkan di lapangan tertutup yang memiliki dinding pemantul.

Padel memiliki beberapa perbedaan mendasar dengan tenis. Pertama, ukuran lapangan padel lebih kecil, yakni 20m x 10m) dibanding lapangan tenis yang berukuran standar 23,77m x 8,2m untuk single dan 23,77m x 10,97m untuk double. Kedua, raket padel tidak memiliki senar, melainkan tertutup cover padat dengan permukaan yang berlubang. 

Ketiga, dinding lapangan bisa digunakan untuk memantulkan bola, mirip seperti dalam squash. Jika Kawan mengunjungi tempat bermain padel, akan terlihat bahwa lapangannya dikelilingi dinding tinggi transparan.

Keempat, servis pada padel dilakukan secara underhand (dari bawah), bukan overhand seperti pada tenis. Terakhir, bola padel sedikit lebih kecil dan memiliki tekanan udara yang lebih rendah dibanding bola tenis.


Dalam hal jumlah pemain, aturan dalam padel sama  dengan tenis. Padel bisa dimainkan dalam format tunggal (single) dengan 2 pemain yang saling berhadapan satu sama lain. Padel dapat pula dimainkan 2 lawan 2 alias ganda (doubles). Setiap reli dimulai dengan servis diagonal yang harus dipukul dari bawah setinggi pinggang. Setelahnya, bola harus memantul sekali di area lawan sebelum bisa dikembalikan.

Perbedaan

Padel dan Tenis

Player 1

Padel

Yard 1

Ukuran lapangannya

20m x 10m

Padel Racket

Raketnya tertutup cover padat dengan permukaan berlubang

Player 2

Tenis

Yard 2

Ukuran lapangannya

  • 23,77m x 8,2m (single)
  • 23,77m x 10,97m (double)
Padel Racket

Raketnya memiliki senar

Tenis Player

Pemain tidak bisa memantulkan bola ke dinding

Servis dapat dilakukan dari atas dan bawah

Ball

Bola yang digunakan lebih besar dengan tekanan lebih tinggi

Padel Player

Pemain dapat
memantulkan bola
ke dinding

Servis dilakukan dari bawah (underhand)

Bola yang digunakan lebih kecil dengan tekanan rendah (10-11 psi)

Uniknya padel adalah pemain boleh memanfaatkan dinding untuk memantulkan bola, asalkan bola telah menyentuh lapangan lawan terlebih dahulu. Jika bola memantul dua kali di area lawan sebelum dipukul, maka poin akan diberikan kepada tim yang melakukan pukulan.  

Adapun beberapa aturan utama dalam padel antara lain:  

1. Servis harus dilakukan secara diagonal dan dipukul dari bawah, 

2. Bola hanya boleh memantul sekali di area lawan sebelum dikembalikan,

3. Bola yang keluar lapangan (menyentuh dinding tanpa memantul di lapangan) dianggap out,

4. Poin dihitung menggunakan sistem yang sama seperti tenis (15, 30, 40, game).

Sejarah Padel: Dari Meksiko hingga Dikenal di Indonesia

Dari mana padel berasal? Jawaban sederhananya: Acapulco, Meksiko.

Meskipun baru populer beberapa waktu belakangan, sebenarnya keberadaan padel sudah ada sejak puluhan tahun silam. Dilansir dari BBC, permainan ini pertama kali ditemukan di Acapulco pada tahun 1969.

Pada saat itu, terdapat sepasang suami istri, Viviana dan Enrique yang tengah menghabiskan waktu liburan di kota pelabuhan tersebut. Untuk mengisi waktu luang, mereka kemudian memainkan sebuah permainan dengan cara memantulkan bola ke dinding.

Permainan sederhana ini ternyata menarik perhatian dari Viviana. Dirinya kemudian meminta Enrique untuk membuat lapangan khusus untuk memainkan permainan yang kemudian disebut padel tersebut.

Enrique kemudian memenuhi permintaan sang istri dan membangun sebuah lapangan berukuran 20 meter x 10 meter yang dikelilingi dengan pagar kawat. Sejak saat itu, padel mulai dikenal banyak orang dan perkembangannya pun makin pesat.

Kota Acapulco yang merupakan kawasan wisata bagi kalangan selebriti membuat popularitas padel mulai dikenal di era 1960-an dan 1970-an. Bahkan beberapa tahun setelah ditemukan, lapangan padel sudah dibangun di belahan dunia lainnya, tepatnya di Spanyol pada 1974.

Perkembangan olahraga padel makin pesat dua dekade berikutnya. Tidak hanya itu, kejuaraan internasional untuk olahraga ini juga mulai digelar  lewat Piala Corcuera yang digelar di Meksiko pada 1991, tahun sama saat The Federación Internacional de Pádel (FIP) didirikan di Madrid, Spanyol dan Kejuaraan Dunia Padel pertama digelar di Negeri Matador itu setahun setelahnya.

Di Indonesia sendiri, perkembangan olahraga padel baru mulai melesat belum lama ini. Erik Fatono selaku Founder & Owner Basic Padel menjelaskan bahwa olahraga padel baru berkembang di Indonesia pada 2022 lalu.

Bali menjadi daerah awal pengenalan olahraga ini di Indonesia. Erik menyebutkan bahwa pada waktu itu di daerah Canggu ada seorang Warga Negara Italia yang memiliki lapangan padel. Pada awalnya, keberadaan lapangan padel ini tidak dipahami oleh masyarakat setempat. Apalagi perkembangan olahraga tersebut di Indonesia bisa dibilang terlambat jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya.

"Awal mulanya Singapura, Bangkok (Thailand), Malaysia lebih duluan (mengenal padel) dari Indonesia. Filipina apalagi. Mereka sepertinya sudah mulai mengenal padel sejak 2020 atau 2021 setelah pandemi," jelas Erik.

Meskipun demikian, perkembangan padel di Indonesia cukup pesat meskipun baru muncul pada 2022. Apalagi saat ini sudah ada organisasi yang membawahi olahraga padel di Indonesia, yakni PBPI atau Persatuan Besar Padel Indonesia. Organisasi ini berada di bawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia atau KONI Pusat sejak 9 Agustus 2023. Keanggotaannya di FIP juga telah resmi.

Sejarah Padel

1969
Pertama kali ditemukan di Acapulco oleh Viviana dan Enrique. Setelahnya, Enrique membangun sebuah lapangan padel berukuran 20 meter x 10 meter untuk Viviana.

1974

Bendera
Lapangan padel dibangun di Spanyol
1991
Pertama kali ditemukan di Acapulco oleh Viviana dan Enrique. Setelahnya, Enrique membangun sebuah lapangan padel berukuran 20 meter x 10 meter untuk Viviana.
1992
Kejuaraan Dunia Padel pertama digelar di Spanyol
2020-2021
Padel mulai eksis di Asia Tenggara
2023
PBPI diakui KONI Pusat sebagai induk asosiasi cabang olahraga padel di Indonesia
2024
Padel jadi cabor eksibisi di PON PON XXI Aceh-Sumut 2024

Munculnya organisasi yang menaungi olahraga ini memungkinkan padel untuk ikut dilombakan dalam kejuaran resmi di Indonesia. Salah satu contohnya bisa dilihat ketika olahraga tersebut menjadi salah satu cabor yang dilombakan dalam helatan PON 2024 Aceh-Sumatra Utara tahun lalu.

Meskipun masih bersifat ekshibisi, adanya padel dalam kejuaraan tersebut mendapatkan respons positif dari berbagai pihak. Dikutip dari laman Kemenpora.go.id, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo menyampaikan dukungannya atas diperkenalkannya padel dalam ajang olahraga nasional tersebut.

"Sebenarnya cabor padel ini memang sangat cocok di Indonesia karena masyarakat kita itu sudah familiar dengan badminton dan tenis jadi secara karakter permainan ini sudah bisa dibilang menyatu dengan masyarakat Indonesia," kata Dito dalam keterangan tertulis Kemenpora.

Padel yang terus tumbuh di Jakarta

Demam padel melanda Jakarta. Ini utamanya terlihat dari semakin banyaknya lapangan padel yang dibangun di berbagai penjuru kota. Pun demikian dengan pemainnya yang semakin banyak dan terus meramaikan lapangan-lapangan tersebut.

Soal fenomena booming padel di Jakarta, menurut Erik, semakin menjamurnya lapangan yang diprediksi menyentuh angka 200 pada tahun 2025 jelas adalah bukti nyata bahwa padel memang tengah berkembang pesat di Jakarta, bahkan lebih pesat dari Bali yang menjadi tempat dimulainya eksistensi padel di negeri ini.

"2025 ada 200 lapangan yang mana itu diprediksi akan pasti melampaui Bali. Karena mapping-nya saya lihat Jakarta  itu banyak orang yang suka olahraga. Satu itu. Kedua, karena lifestyle kita itu dinamis sekali, pekerjaannya lebih sibuk, lebih membutuhkan aktivitas lain selain bekerja. Jadi lifestyle olahraga Jakarta dari dulu memang besar." kata Erik.

Tempat bermain padel di Jakarta biasanya berada di daerah yang ramai dan mudah untuk diakses dengan jalan-jalan raya. Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, lapangan dengan jumlah banyak dan bisa disewa kini tersedia di daerah pinggiran yang semakin ramai dihuni kaum urban.

“Kalau dilihat sekarang di BSD (Bumi Serpong Damai), Kemang, Alam Sutera, TB Simatupang, itu mereka bangun lapangan yang enam-tujuh lapangan. Saya lihat selain akses, tol, dekat perkantoran, menurut saya di daerah pinggiran sudah penuh sekali (yang bermain padel),” ucap Erik.

Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Indonesia memang sering berolahraga. Berdasarkan survei Standard Insights yang dikutip GoodStats, orang Indonesia di rentang usia 26-35 tahun meluangkan waktunya untuk berolahraga setidaknya sepekan sekali. Itu artinya, olahraga sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia apa pun jenis olahraganya.

Demam Padel Melanda Jakarta

Olahraga padel kini tengah booming
di Jakarta

Lapanga

Jumlah lapangannya saja diperkirakan mencapai 200 pada tahun 2025 ini

LapanganOrang
bg

Mengapa padel begitu diminati?

"Padel itu mengharuskan untuk ngumpul dan bertemu. Ibaratnya kalau sehabis ngantor kita nongkrong, ini nongkrongnya sambil olahraga. Sehat."

Founder & Owner Basic Padel Reserve, Erik Fatono

Foto

"Tetapi kan padel ini juga dari sisi teknis nggak terlalu demanding, yang kedua juga entry barrier-nya rendah karena ketika kamu pengin coba padel, bisa datang ke lapangan."

pegiat olahraga padel dari komunitas Sepadel, Hiro Wardhana

Bola

Berdasarkan pantauan GNFI di marketplace daring, lapangan padel di Jakarta bisa disewa dengan biaya Rp270 ribu hingga Rp400 ribu persesi dengan durasi satu jam. Bahkan bila bergeser sedikit ke kota penyangga seperti Tangerang Selatan, tersedia lapangan yang lebih murah dengan tarif Rp170 ribu sampai Rp220 ribu persesi.

Dengan booming-nya padel, lapangan-lapangan tersebut senantiasa diramaikan oleh masyarakat yang bermain. Tak hanya sekedar unjuk kebolehan mengayun raket dan memukul bola, padel juga menjadi ruang untuk berkumpul bersama teman, suatu budaya orang Indonesia yang menurut Erik juga menjadi alasan mengapa padel begitu diminati.

"Padel itu mengharuskan untuk ngumpul dan bertemu. Ibaratnya kalau sehabis ngantor kita nongkrong, ini nongkrongnya sambil olahraga. Sehat. Sekarang pun bukber di lapangan padel, ulang tahun di lapangan padel, acara reunian juga di lapangan padel, konotasi awalnya ini memang bukan olahraga, tetapi lifestyle." papar Erik.

Dari kumpul-kumpul, para pemain padel kemudian membentuk komunitas. Berbagai kegiatan pun diselenggarakan untuk para anggotanya. Tak jarang kegiatan yang diadakan turut menarik pelaku industri untuk menjadi sponsor sehingga ada perputaran roda ekonomi yang terjadi.

Erik yakin betul bahwa padel masih akan terus digemari masyarakat Jakarta. Dengan pamor yang semakin mendunia bahkan hingga ajang seperti PON dan Olimpiade, pria asal Bali itu percaya padel akan mampu menyaingi pamor tenis yang sudah jauh lebih dulu hadir di Indonesia.

"Selain ada di PON NTT 2028 (yang) sudah official, mudah-mudahan padel juga bisa masuk ke Olimpiade, lagi diusahakan. Pertumbuhannya bagus, mungkin bisa melebihi tenis dalam 2-3 tahun ke depan" katanya.

Senada dengan Erik, pegiat olahraga padel dari komunitas Sepadel, Hiro Wardhana, pun meyakini tren padel masih akan terus berlanjut. Menurutnya itu disebabkan oleh mudahnya memainkan padel, juga biaya yang tak terlampau mahal.


"Sekarang trennya masih ada di kalangan tertentu. Tetapi kan padel ini juga dari sisi teknis nggak terlalu demanding, yang kedua juga entry barrier-nya rendah karena ketika kamu pengin coba padel, bisa datang ke lapangan. Raketnya sewa, lapangannya sewa, paling bawa atau beli bola dan kumpulin teman-teman saja 4 orang." ujar Hiro.

Alat untuk bermain padel ternyata tidak ribet!

Ada kabar gembira bagi Kawan yang tertarik ikut mencoba bermain padel. Sebab, Kawan tidak perlu khawatir soal alat yang dibutuhkan berhubung olahraga ini cukup mudah diakses dan bisa dimainkan dengan santai.

Untuk mulai bermain padel, tentu saja Kawan harus mencari lapangan, yang mana ini bukan hal sulit di Jakarta. Adapun peralatan yang wajib tersedia adalah raket plus bola. Namun, Kawan juga tidak perlu pusing karena setiap lapangan padel biasanya juga menyewakan raket sehingga pemain tidak perlu membeli sendiri.

"Yang penting raket, tetapi kalau raket kan semua lapangan menyediakan untuk disewa. Kalau dari baju, sepatu, semua simpel. Menurut saya, baju olahraga apa saja bisa. Sepatu juga tidak ada yang spesifik." kata Erik.


Di lapangan padel, kerap ditemukan pemain yang beraksi dengan setelah olahraga modis nan stylish. Meski demikian, padel sebenarnya tidak mengharuskan pemainnya mengenakan pakaian khusus. "Dari orang yang mau tampil stylish sampai yang nggak mikir outfit pun bisa main." tambah Erik.

Main Padel,
Nggak Pake Ribet!

Main Padel tidak membutuhkan banyak peralatan. Hanya butuh 3 benda ini:

Yellow Background

Raket

Bola

Bola

Lapangan

bg

Tidak harus punya sendiri, ketiganya tinggal disewa

Outfit-nya? Pakaian dan sepatu olahraga sudah cukup

LapanganOrang
bg

"Dari orang yang mau tampil stylish sampai yang nggak mikir outfit bisa main." Erik Fatono

Selain peralatannya yang simpel, padel juga tidak membutuhkan persiapan khusus untuk dimainkan. Menurut Hiro,  pengalaman memainkan olahraga raket lain seperti tenis memang bisa memudahkan pemula untuk bermain padel, tetapi itu bukan keharusan.

Hiro juga menjelaskan bahwa latihan dasar dalam padel mirip dengan olahraga raket pada umumnya, terutama dari segi teknik pegangan yang menggunakan continental grip. Ia menekankan bahwa pemula tidak perlu khawatir soal persiapan teknis. Cukup langsung datang ke lapangan dan mencoba bermain.

"Jarang ada orang punya persiapan khusus untuk main padel. Biasanya langsung coba sja." ujar Hiro.

Sementara alat dan persiapan bukanlah persoalan, pemula yang baru terjun ke olahraga padel sebenarnya punya hal lain yang lebih penting untuk dimiliki, yakni komunitas. Dengan komunitas yang tepat, pemain dapat menyesuaikan dengan level permainan mereka agar lebih nyaman dan termotivasi untuk berkembang. 

"Karena pada akhirnya mereka akan bermain dengan teman-teman yang satu level, skill yang sama, dan juga dorongan yang sama untuk maju." ujar Erik lagi. 

Dibuat oleh Good News From Indonesia
Logo GNFI