Table of Content
Logo GNFI

Dominasi Mobil Listrik China Tak Terbendung: Amerika dan Eropa Semakin Sulit Mengejar

Berita mengejutkan datang dari raksasa EV (kendaraan listrik) China, BYD. Saham perusahaan yang didukung oleh Warren Buffett ini melonjak ke rekor tertinggi setelah peluncuran teknologi baterai baru yang diklaim mampu mengisi daya kendaraan dalam waktu yang sama dengan pengisian bahan bakar mobil bensin. Teknologi ini, yang disebut "Super e-Platform", menjanjikan pengisian penuh hanya dalam 5 menit, sebuah terobosan yang berpotensi mengubah lanskap industri otomotif global dan semakin memperkuat dominasi China di pasar EV.

Pengumuman BYD tentang "Super e-Platform," teknologi pengisian baterai 5 menit, telah memicu reaksi positif yang signifikan di pasar. Lonjakan saham BYD ke rekor tertinggi mencerminkan sentimen investor yang optimis terhadap potensi teknologi ini untuk merevolusi industri EV. Kecepatan pengisian yang luar biasa ini mengatasi salah satu hambatan utama adopsi EV massal, yaitu waktu pengisian yang lama. Hal ini secara langsung meningkatkan daya tarik EV BYD bagi konsumen, yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pangsa pasar secara signifikan di masa mendatang.

Dampaknya terhadap tren pasar EV secara keseluruhan lebih kompleks. Di satu sisi, teknologi BYD dapat memicu persaingan yang lebih ketat di antara produsen EV lainnya, mendorong inovasi dan pengembangan teknologi pengisian cepat yang serupa. Hal ini dapat menguntungkan konsumen dengan pilihan yang lebih banyak dan harga yang lebih kompetitif. Di sisi lain, keunggulan teknologi BYD dan industri mobil China yang signifikan dapat memperlebar kesenjangan merk-merk buatan China, memperkuat dominasi China di pasar EV global. Teknologi "Super e-Platform" BYD hanyalah salah satu contoh dari kemajuan pesat yang mendorong dominasi China di pasar EV global, yang semakin memperlebar kesenjangan dengan para pesaingnya.

China telah menetapkan dirinya sebagai pemimpin dominan di pasar global kendaraan listrik (EV), ditandai dengan bagian pasar kendaraan listrik baterai (BEV) sebesar 27% di tahun 2024, jauh berbeda dengan Eropa yang mencapai 13% dan Amerika Serikat yang mencapai 8%. Hal ini lebih ditekankan oleh merek-merek China yang menyumbang sebesar 62% dari semua penjualan EV di seluruh dunia pada tahun yang sama.

Sementara Eropa dan Amerika berusaha untuk mempercepat transisi EV mereka, mereka menghadapi tantangan yang semakin signifikan dalam mengejar kemajuan cepat China. Pasar EV Eropa mengalami penurunan penjualan sebesar 3% di tahun 2024, menandakan potensi stagnasi, sementara Amerika Serikat menghadapi ketidakpastian politik (pasca Donald Trump dilantik) yang dapat lebih lanjut menghalangi kemajuan mereka di masa mendatang. 

Angka-angka pangsa pasar tersebut hanyalah puncak dari gunung es. Untuk memahami sepenuhnya dominasi China, kita perlu melihat lebih dalam pada trajektori pertumbuhan industri kendaraan listrik mereka.

Pertumbuhan Industri Kendaraan Listrik China Kian Tak Terbendung

Dominasi Pasar dan Trajektori Pertumbuhan

China telah melesat menjadi pemimpin global yang tak terbantahkan di industri kendaraan listrik. Pada 2024, kendaraan listrik baterai (BEV) saja menguasai 27% pasar otomotif domestik. Lebih mengesankan lagi, jika kita melihat keseluruhan penjualan kendaraan listrik, termasuk hybrid plug-in (PHEV), merek-merek China menguasai 62% pangsa pasar global.

Ini menunjukkan kekuatan China sebagai pasar domestik terbesar sekaligus sebagai eksportir utama kendaraan listrik dunia. Pertumbuhannya pun eksplosif; penjualan melonjak 40% di tahun 2024, mencapai angka fantastis 11 juta unit. Proyeksi untuk 2025 pun menjanjikan, dengan perkiraan penjualan mencapai 12,9 juta unit, atau peningkatan 17% dari tahun sebelumnya. Tren ini diperkirakan akan berlanjut, memperkuat posisi China sebagai pusat produksi dan konsumsi kendaraan listrik global. Hal ini diperkuat oleh prediksi Rho Motion, sebuah firma riset EV terkemuka, yang melihat dominasi China akan terus berlanjut.

Keberhasilan China ini sangat kontras dengan pertumbuhan yang lebih moderat (cenderung lambat) di pasar-pasar utama lainnya. Kesenjangan ini menunjukkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi Eropa dan Amerika Serikat untuk mengejar ketertinggalan. Uniknya, di China, konsumen EV lebih menyukai merek-merek baru. Pembeli kendaraan energi baru (NEV) di China cenderung memilih brand-brand pendatang baru, berbeda dengan Eropa dan Amerika Serikat di mana merek-merek mapan masih mendominasi penjualan BEV. Preferensi ini menciptakan ekosistem yang dinamis dan kompetitif, mempercepat inovasi dan adopsi teknologi baru di pasar China. Salah satu pilar utama dari pertumbuhan pesat industri EV China adalah dukungan pemerintah yang kuat dan berkelanjutan, yang telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi dan ekspansi.

Pertumbuhan Industri Kendaraan Listrik China Kian Tak Terbendung

Dominasi Pasar dan Trajektori Pertumbuhan

China telah melesat menjadi pemimpin global yang tak terbantahkan di industri kendaraan listrik

pada 2024
0%

kendaraan listrik baterai (BEV) saja menguasai pasar otomotif domestik

Lebih mengesankan lagi, jika kita melihat keseluruhan penjualan kendaraan listrik, termasuk hybrid plug-in (PHEV), merek-merek China

Menguasai

0%

Pangsa Pasar global

Dukungan Pemerintah dan Inisiatif Strategis

Kesuksesan luar biasa industri EV China tak lepas dari dukungan pemerintah yang besar dan konsisten. Selama bertahun-tahun, Beijing telah menggelontorkan dana sekitar US$230 miliar untuk sektor ini antara 2009 dan 2023. Yang lebih mencolok lagi, investasi ini meningkat pesat dalam lima tahun menjelang 2023. BYD, salah satu produsen EV terkemuka di China, menjadi contoh nyata penerima manfaat dari dukungan besar ini, menerima subsidi pemerintah hingga US$3,7 miliar antara 2018 dan 2022. Suntikan dana ini memungkinkan BYD dan perusahaan lain untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan, meningkatkan kapasitas produksi, dan menawarkan harga yang kompetitif.

Meskipun subsidi langsung kepada produsen dihentikan pada 2022, komitmen pemerintah China terhadap adopsi EV tetap kuat melalui berbagai inisiatif strategis lainnya.

Salah satunya adalah program tukar tambah kendaraan yang diperpanjang hingga 2025, menawarkan subsidi hingga RMB 20.000 (sekitar US$2.730) bagi konsumen yang menukarkan kendaraan lama mereka (baik bermesin konvensional maupun EV generasi sebelumnya) dengan EV baru. Program ini terbukti efektif dalam mendorong permintaan dan mempercepat peralihan ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Dalam enam bulan pertama pelaksanaannya di 2024, program ini menerima lebih dari empat juta aplikasi, dengan lebih dari dua juta kendaraan ditukar. Pemerintah China secara konsisten menjadikan industri kendaraan energi baru (NEV) sebagai prioritas strategis nasional, dan secara cermat menggunakan subsidi untuk mendorong inovasi dan pengembangan teknologi kunci.

Dukungan Pemerintah dan Inisiatif Strategis

Kesuksesan luar biasa industri EV China tak lepas dari dukungan pemerintah yang besar dan konsisten
Beijing telah menggelontorkan dana sekitar US$230 miliar untuk sektor ini antara 2009 dan 2023.
Presiden Cina
Stats

BYD, salah satu produsen EV terkemuka di China, menjadi contoh nyata penerima manfaat dari dukungan besar ini, menerima subsidi pemerintah hingga US$3,7 miliar antara 2018 dan 2022.

Factory

Suntikan dana ini memungkinkan BYD dan perusahaan lain untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan, meningkatkan kapasitas produksi, dan menawarkan harga yang kompetitif.

Kemajuan Teknologi dan Inovasi

Keberhasilan China di pasar EV bukan hanya karena dukungan pemerintah dan skala pasarnya yang besar, tetapi juga karena kemajuan teknologi signifikan dan budaya inovasi yang kuat. Perusahaan-perusahaan EV China terus berinovasi dan mendorong batas-batas teknologi kendaraan listrik, khususnya di bidang performa baterai dan kecepatan pengisian daya. Salah satu contohnya adalah teknologi pengisian ultra-cepat 5 menit dari BYD. "Super e-Platform" mereka memungkinkan baterai terbaru untuk terisi penuh hanya dalam waktu 5 menit, menghasilkan jarak tempuh hingga 400 kilometer.

Kemajuan ini menjawab kekhawatiran utama calon pembeli EV tentang waktu pengisian daya yang lama, dan berpotensi mempercepat adopsi massal kendaraan listrik. Inovasi BYD ini, yang menargetkan waktu pengisian secepat pengisian bahan bakar mobil konvensional, merupakan lompatan besar di industri otomotif. Produsen baterai seperti CATL juga memimpin dalam pengembangan baterai solid-state, yang menjanjikan kepadatan energi lebih tinggi dan keamanan yang lebih baik. Ini menunjukkan komitmen China untuk membangun ekosistem teknologi yang komprehensif, mulai dari bahan baku baterai hingga infrastruktur pengisian daya yang efisien.

Rantai Pasokan yang Terintegrasi dan Tangguh

Keunggulan China juga terletak pada rantai pasokan yang terintegrasi dan kuat. China hampir memonopoli pengolahan mineral kritis untuk baterai EV, menguasai 73% pengolahan kobalt, 65% litium, dan 68% nikel dunia. Dominasi ini meluas ke produksi baterai, dengan China memproduksi lebih dari tiga perempat baterai global. CATL dan BYD sendiri menguasai 55% pangsa pasar kapasitas baterai mobil listrik. Sekitar 80% baterai ion-lithium dunia diproduksi di China.

China terus memperkuat kontrol atas rantai pasokan dengan rencana pengawasan ketat ekspor teknologi terkait produksi bahan baterai. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dominasi dan mencegah pengembangan industri baterai independen di negara lain. Kontrol atas seluruh rantai nilai, dari hulu hingga hilir, memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan bagi produsen China. Rantai pasokan yang kuat dan terintegrasi ini memungkinkan China untuk mencapai efisiensi biaya yang signifikan, yang kemudian diterjemahkan ke dalam daya saing harga yang kuat di pasar global.

Daya Saing Harga dan Ekspansi Pasar Global

Kendaraan EV China jauh lebih terjangkau, rata-rata setengah harga dibandingkan EV dari negara lain. Bahkan dengan tarif impor, sedan dan SUV Eropa masih jauh lebih mahal (15-30%). Keunggulan harga ini memungkinkan ekspansi agresif ke pasar internasional, terutama di Asia Tenggara (70% pangsa pasar di beberapa negara utama) dan Brasil (82% penjualan EV dan PHEV di 2024). Indonesia juga mengalami peningkatan penjualan EV China yang signifikan (164% di 2024).

Harga yang kompetitif, yang mungkin didukung oleh subsidi pemerintah, manajemen rantai pasokan yang efisien, dan ekonomi skala, menarik konsumen global, terutama di negara berkembang. Meskipun menghadapi hambatan tarif di negara maju, China berhasil membangun basis pasar yang kuat di negara berkembang, mengurangi ketergantungan pada pasar domestik dan memperkuat dominasinya di sektor EV. Mobil China makin mendominasi jalan raya Indonesia, khususnya mobil listrik, dengan penjualan yang terus meningkat, berbanding terbalik dengan penjualan mobil konvensional Jepang yang cenderung menurun.

Daya Saing Harga dan
Ekspansi Pasar Global

1/2

HARGA

Mobil Abu

Kendaraan EV China jauh lebih terjangkau, rata-rata setengah harga dibandingkan EV dari negara lain. Bahkan dengan tarif impor, sedan dan SUV Eropa masih jauh lebih mahal (15-30%)

Mobil Abu

Keunggulan harga ini memungkinkan ekspansi agresif ke pasar internasional, terutama di Asia Tenggara dan Brasil

Mobil Peta 1

Asia Tenggara

70%

Pangsa pasar di beberapa negara utama

Mobil Peta 2

Brasil

82%

Penjualan EV dan PHEV di 2024

Mobil bendera

Indonesia juga mengalami peningkatan penjualan EV China yang signifikan

0%

di

2024

Analisa Pasar EV

Sebuah analisis komparatif pasar kendaraan listrik di China, Eropa, dan Amerika pada tahun 2024 dan proyeksi untuk tahun 2025 mengungkapkan perbedaan signifikan dalam tingkat adopsi, volume penjualan, dan lintasan pertumbuhan. Pada tahun 2024, China menunjukkan keunggulan yang jelas dalam adopsi kendaraan listrik baterai (BEV), dengan pangsa pasar mencapai sekitar 27%, dibandingkan dengan sekitar 13-15% di Eropa dan hanya 8% di Amerika Serikat. Prakiraan untuk tahun 2025 menunjukkan dominasi yang berkelanjutan oleh China, dengan pangsa pasar EV keseluruhan (termasuk BEV dan PHEV) diproyeksikan mencapai hampir 30%. Eropa diperkirakan akan melihat peningkatan pangsa pasar EV-nya menjadi sekitar 20-25%, sementara Amerika Utara diproyeksikan mencapai sekitar 11-13%. Khususnya, beberapa proyeksi menunjukkan bahwa pasar EV China berada di jalur yang tepat untuk mendekati pangsa 50% dari total penjualan mobil baru pada tahun 2025.

Dalam hal volume penjualan, perbedaannya bahkan lebih mencolok. Penjualan EV global pada tahun 2024 mencapai 17,1 juta unit, dengan China menyumbang 11 juta dari penjualan ini. Proyeksi untuk tahun 2025 mengantisipasi penjualan EV global melebihi 20 juta unit, dengan China diperkirakan akan melanjutkan kepemimpinannya, menjual sekitar 12,9 juta EV. Penjualan EV Eropa pada tahun 2024 adalah sekitar 2,0 juta unit, dengan proyeksi untuk tahun 2025 berkisar antara 2,7 hingga 3,5 juta unit. Penjualan EV Amerika Utara pada tahun 2024 adalah sekitar 1,3 juta unit, dengan prakiraan untuk tahun 2025 menunjukkan peningkatan menjadi sekitar 2,1 juta unit.

Tingkat pertumbuhan penjualan EV juga menyoroti dinamika yang kontras di wilayah-wilayah ini. Secara global, penjualan EV melonjak sebesar 25% pada tahun 2024, dan pertumbuhan lebih lanjut sebesar 18-30% diproyeksikan untuk tahun 2025. Penjualan EV China mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 40% pada tahun 2024 dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 17% lagi pada tahun 2025. Sebaliknya, pasar EV Eropa mengalami penurunan sebesar 1,2% hingga 3% pada tahun 2024, tetapi diproyeksikan akan pulih dengan tingkat pertumbuhan sebesar 15-43% pada tahun 2025. Penjualan EV Amerika Utara tumbuh sebesar 7,3-9% pada tahun 2024, dengan proyeksi untuk tahun 2025 menunjukkan tingkat pertumbuhan sebesar 9-36%.

Perbedaan substansial dalam tingkat adopsi dan proyeksi volume penjualan secara tegas menempatkan China sebagai pemimpin di pasar EV global dengan lintasan pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan Eropa dan Amerika. Data numerik dengan jelas menunjukkan bahwa pasar EV China tidak hanya yang terbesar tetapi juga berkembang dengan laju yang lebih cepat, menunjukkan kesenjangan yang semakin melebar antara China dan wilayah-wilayah utama lainnya dalam transisi EV global. Perbedaan dalam pertumbuhan ini berpotensi untuk mengubah lanskap otomotif global secara mendasar, dengan China berpotensi memperkuat posisinya sebagai kekuatan dominan dalam manufaktur dan inovasi EV untuk masa mendatang.

Tantangan Eropa yang Semakin Berat

Penjualan yang Menurun dan Perubahan Sentimen Konsumen

Pasar mobil listrik Eropa, setelah beberapa tahun pertumbuhan yang menjanjikan, mengalami sedikit guncangan di tahun 2024. Penjualan secara keseluruhan turun sekitar 3%, dengan jumlah total registrasi EV sedikit di atas 2,96 juta unit – penurunan 1,8% dibandingkan tahun 2023. Angka ini menunjukkan potensi perlambatan pertumbuhan, bahkan stagnasi, di pasar yang sebelumnya menunjukkan perkembangan positif.

Meskipun beberapa negara seperti Spanyol dan Inggris Raya masih mencatat pertumbuhan yang sehat, negara-negara besar lainnya seperti Prancis, Jerman, dan Italia justru mengalami penurunan penjualan yang cukup signifikan, masing-masing sekitar 3,2%, 1,0%, dan 0,5%. Situasi ini semakin diperparah dengan penurunan penjualan BEV hingga 5% di lima pasar terbesar Eropa pada kuartal keempat tahun 2024.

Beberapa faktor berkontribusi pada perlambatan ini. Di beberapa negara, pengurangan atau penghentian program insentif pembelian membuat mobil listrik kurang menarik secara finansial bagi konsumen. Contohnya, penghentian program subsidi di Jerman pada tahun 2023 mengakibatkan penurunan penjualan EV hingga 37%. Selain itu, kekhawatiran konsumen mengenai keterbatasan jarak tempuh, kurang memadainya infrastruktur pengisian daya, dan harga jual yang masih lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional tetap menjadi hambatan utama. Riset menunjukkan bahwa kekhawatiran mengenai jarak tempuh dan aksesibilitas stasiun pengisian masih menjadi pertimbangan utama bagi calon pembeli di pasar-pasar utama Eropa. Kenaikan harga rata-rata BEV di Eropa sebesar 39% sejak tahun 2015 juga memperburuk situasi.

Tantangan Eropa
yang Semakin Berat

Mobil Biru
Arrow

Penjualan yang Menurun dan Perubahan Sentimen Konsumen

Pasar mobil listrik Eropa, setelah beberapa tahun pertumbuhan yang menjanjikan, mengalami sedikit guncangan, di tahun 2024

Mobilorang
Orang

Penjualan secara keseluruhan turun sekitar

3%

Arrow

dengan jumlah total registrasi sekitar EV sedikit di atas 2,96 juta unit - penurunan 1,8% dibandingkan tahun 2023

Angka ini menunjukkan potensi perlambatan pertumbuhan, bahkan stagnasi, di pasar yang sebelumnya menunjukkan perkembangan positif

Hambatan Regulasi dan Keraguan Produsen

  • Produsen otomotif Eropa menghadapi tekanan yang semakin besar akibat regulasi ketat Uni Eropa yang bertujuan untuk mempercepat transisi ke mobilitas listrik. Regulasi tahun 2025 menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi CO2 rata-rata mobil baru hingga 93,6 gram per kilometer, dan mewajibkan minimal 20% dari total penjualan mobil baru setiap produsen harus berupa kendaraan nol emisi. Kegagalan memenuhi target ini akan berakibat pada denda finansial yang sangat besar, yang potensinya mencapai €15 miliar bagi industri otomotif Eropa.

  • Di tengah tekanan regulasi dan perlambatan permintaan, beberapa produsen otomotif Eropa menunjukkan tanda-tanda keraguan terhadap transisi cepat ke elektrifikasi penuh. Beberapa produsen telah mengumumkan atau sedang mempertimbangkan penutupan pabrik dan pengurangan tenaga kerja.

  • Volkswagen dan Audi, misalnya, dikabarkan mempertimbangkan untuk meningkatkan investasi pada model bensin dan hybrid mereka, yang menunjukkan potensi penundaan terhadap target elektrifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Strategi ini mungkin dianggap lebih fleksibel dalam memenuhi target emisi 2025 sambil tetap memenuhi permintaan konsumen akan mobil dengan jarak tempuh yang lebih jauh dan opsi pengisian bahan bakar yang lebih familiar.

Ketergantungan pada Rantai Pasokan Asing dan Langkah Protektif Eropa

Industri EV Eropa menghadapi kerentanan yang signifikan karena ketergantungannya yang besar pada rantai pasokan asing, terutama dari China, untuk komponen-komponen penting. China mendominasi pasar baterai global, memasok sekitar dua pertiga dari total produksi baterai dunia. Lebih jauh lagi, produsen China menguasai lebih dari 60% produksi kendaraan listrik dan 70% produksi baterai EV global. Ketergantungan ini membuat sektor otomotif Eropa rentan terhadap gangguan pasokan dan fluktuasi harga yang signifikan. Kegagalan Northvolt, yang sebelumnya dianggap sebagai harapan utama Eropa dalam produksi baterai, semakin memperkuat tantangan ini, membuat produsen otomotif Eropa semakin bergantung pada pemasok baterai dari China.

Persaingan dari merek-merek EV China di pasar Eropa juga semakin intensif. Proyeksi menunjukkan bahwa impor EV China berpotensi menguasai hingga 27% pangsa pasar Eropa pada tahun 2026. Bahkan pada tahun 2024, merek-merek China telah berhasil meningkatkan pangsa pasar mereka di Eropa hingga sekitar 7-8%.

Sebagai respons terhadap peningkatan impor EV China yang kompetitif dari segi harga, Uni Eropa telah menerapkan tarif impor pada kendaraan listrik dari China untuk melindungi industri otomotif domestiknya. Tarif ini, yang berlaku selama lima tahun, mencapai tambahan 35,3% untuk beberapa produsen otomotif China tertentu. Namun, keunggulan harga dan kemajuan teknologi yang ditawarkan oleh EV China tetap menarik bagi konsumen Eropa, sehingga menimbulkan ancaman serius terhadap pangsa pasar dan profitabilitas produsen otomotif Eropa yang sudah mapan. Kendaraan listrik yang dijual di China seringkali dihargai dua hingga tiga kali lebih rendah dibandingkan model yang sama yang dijual di pasar ekspor. Dengan tantangan-tantangan yang begitu besar, Eropa perlu segera merumuskan dan mengimplementasikan strategi yang efektif untuk mengejar ketertinggalan dalam perlombaan kendaraan listrik global.

Strategi untuk Mengejar Ketertinggalan

Untuk dapat bersaing secara efektif dengan dominasi EV China yang terus meningkat, produsen otomotif Eropa perlu menerapkan strategi komprehensif yang mencakup beberapa aspek penting. Prioritas utama adalah pengembangan dan produksi model kendaraan listrik yang lebih terjangkau untuk dapat bersaing dengan harga yang ditawarkan oleh produsen China. Volkswagen, misalnya, telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan EV dengan harga di bawah $20.000 pada tahun 2027, dan beberapa produsen otomotif Eropa lainnya juga berencana untuk meluncurkan EV dengan harga yang lebih kompetitif dalam waktu dekat. Harga tetap menjadi faktor penentu utama bagi konsumen, dan menawarkan EV dengan harga yang lebih terjangkau sangat penting untuk mendorong adopsi yang lebih luas.

Selain itu, membangun rantai pasokan EV yang kuat dan independen di Eropa sangat krusial untuk mengurangi ketergantungan pada China dan meningkatkan daya saing jangka panjang. Hal ini membutuhkan investasi besar-besaran dalam fasilitas produksi baterai lokal dan mengamankan sumber daya mineral kritis yang berkelanjutan. Jerman, sebagai ekonomi terbesar di Eropa, diharapkan dapat mengambil peran utama dalam meningkatkan investasi di rantai pasokan EV.

Produsen otomotif dan pembuat kebijakan Eropa juga harus memprioritaskan upaya riset dan pengembangan untuk menciptakan teknologi baterai yang terdiferensiasi dan mengeksplorasi alternatif kimia baterai. Peningkatan infrastruktur pengisian daya di seluruh Eropa dan upaya untuk mengatasi kekhawatiran konsumen mengenai keterbatasan jarak tempuh dan ketersediaan stasiun pengisian juga merupakan langkah-langkah penting untuk mendorong adopsi EV yang lebih luas. Beberapa analis bahkan menyarankan agar negara-negara Eropa, seperti Jerman, mempertimbangkan untuk mencari transfer teknologi dari perusahaan China untuk mempercepat pencapaian teknologi mereka di sektor EV.

Perjuangan Berat Amerika Serikat di Pasar Kendaraan Listrik

Ketidakpastian Kebijakan dan Perubahan Prioritas

Pasar kendaraan listrik AS menghadapi periode ketidakpastian kebijakan yang signifikan, sebagian besar disebabkan oleh potensi perubahan prioritas pemerintahan. Pemerintahan yang baru di bawah Donald Trump telah memberikan sinyal akan membalikkan kebijakan EV kunci yang diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya, termasuk kemungkinan pembatalan regulasi dan target yang bertujuan untuk mempercepat adopsi EV. Hal ini dapat mencakup pencabutan target penjualan EV yang telah ditetapkan, penghentian pendanaan federal untuk perluasan infrastruktur pengisian daya nasional, dan bahkan penghapusan kredit pajak federal untuk pembelian EV. Kehilangan insentif ini dapat membuat EV kurang terjangkau bagi konsumen, yang berpotensi menyebabkan penurunan signifikan dalam jumlah registrasi EV tahunan.

Ketidakpastian ini menciptakan ketidakstabilan dan menimbulkan tantangan yang cukup besar bagi keputusan investasi dan perencanaan jangka panjang para produsen otomotif. S&P Global Mobility telah merevisi proyeksi penjualan EV di AS hingga tahun 2030 ke bawah, yang mencerminkan antisipasi perubahan pada Inflation Reduction Act (IRA) di bawah pemerintahan baru.

Namun, meskipun ada potensi perubahan kebijakan federal ini, beberapa pakar berpendapat bahwa momentum yang mendasari adopsi EV, yang didorong oleh inisiatif di tingkat negara bagian dan tren global, mungkin cukup kuat untuk mencegah penurunan total pasar EV AS. Negara-negara bagian yang telah menerapkan standar emisi yang lebih ketat mungkin akan terus melihat adopsi EV yang stabil, bahkan tanpa adanya dukungan yang kuat dari pemerintah federal.

Penyesuaian Produksi dan Kerentanan Rantai Pasokan

Sebagai respons terhadap kondisi pasar yang terus berubah, beberapa produsen otomotif Amerika telah mulai menyesuaikan rencana produksi EV mereka. Pada tahun 2024, baik Ford maupun General Motors (GM) mengumumkan perlambatan atau pengurangan target produksi EV mereka. Ford, misalnya, untuk sementara waktu menghentikan produksi truk listrik F-150 Lightning, sementara GM menurunkan target produksi EV secara keseluruhan untuk tahun 2024.

Penyesuaian-penyesuaian ini mungkin mencerminkan kekhawatiran mengenai permintaan konsumen saat ini terhadap EV, profitabilitas operasi EV mereka, dan kebutuhan untuk menyesuaikan produksi dengan laju adopsi pasar yang sebenarnya. GM secara khusus menyebutkan pertumbuhan permintaan EV yang lebih lambat dari yang diperkirakan sebagai faktor kunci dalam keputusan mereka untuk mengurangi target produksi.

Tantangan signifikan lainnya bagi industri EV AS adalah ketergantungan yang besar pada China untuk pasokan bahan baku kritis yang penting untuk produksi baterai. Amerika Serikat saat ini mengimpor sebagian besar bahan baku baterai dari China. Ketergantungan ini menciptakan kerentanan yang cukup besar dalam rantai pasokan dan menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan energi. China telah menunjukkan kesediaannya untuk memanfaatkan dominasinya di bidang ini untuk melakukan tindakan balasan terhadap apa yang dianggap sebagai tindakan anti-China oleh negara-negara asing.

Menyadari risiko ini, beberapa produsen otomotif Amerika, seperti GM, secara aktif mengambil langkah-langkah untuk mengamankan akses ke sumber daya di Amerika Utara untuk bahan baku yang digunakan dalam produksi baterai dan untuk membangun rantai pasokan domestik yang lebih tangguh.

Dinamika Persaingan dan Langkah ke Depan

Pasar kendaraan listrik AS semakin kompetitif, dengan produsen otomotif yang sudah mapan menghadapi tekanan yang semakin besar dari para pendatang baru dan pemain yang ada yang memperluas penawaran EV mereka. Untuk dapat berhasil dalam lanskap yang dinamis ini, produsen otomotif Amerika perlu mempertahankan fokus yang kuat pada inovasi dan terus mengembangkan model EV yang menarik dan kompetitif di berbagai segmen kendaraan.

Beberapa produsen, termasuk Ford, Chevrolet, dan Hyundai, telah mulai memperkenalkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau untuk menarik jangkauan konsumen yang lebih luas. Mengatasi tantangan yang berkelanjutan terkait teknologi baterai dan pengembangan infrastruktur pengisian daya yang kuat dan nyaman juga sangat penting untuk meningkatkan pengalaman konsumen secara keseluruhan dan mempercepat adopsi EV di Amerika Serikat. Mengatasi kekhawatiran konsumen mengenai keterbatasan jarak tempuh dan keterbatasan jaringan pengisian daya saat ini akan sangat penting untuk menarik lebih banyak pembeli ke kendaraan listrik. 

Selain itu, beberapa analis berpendapat bahwa produsen otomotif Amerika dapat menemukan kesuksesan dengan fokus pada segmen kendaraan tertentu di mana mereka memiliki kekuatan tradisional, seperti truk dan SUV, dan mengembangkan versi listrik yang menarik dari model-model populer tersebut. Di tengah ketidakpastian kebijakan, Amerika Serikat juga menghadapi tantangan mendasar lainnya yang menentukan daya saingnya di pasar EV, yaitu teknologi baterai dan infrastruktur pengisian daya.

Faktor Penentu Kenggulaan Industri EV China

Keunggulan Inovasi China dalam Teknologi Baterai

Produsen baterai China menunjukkan keunggulan yang jelas dalam area-area kunci teknologi baterai kendaraan listrik. Perusahaan-perusahaan seperti BYD memimpin dalam kemampuan pengisian daya ultra-cepat, dengan teknologi baru mereka yang memungkinkan penambahan jarak tempuh 400 km hanya dalam waktu 5 menit. CATL juga membuat kemajuan signifikan dalam meningkatkan kepadatan energi dan mengembangkan baterai solid-state generasi berikutnya, dengan target kepadatan energi hingga 500 Wh/kg. Lebih lanjut, produsen China telah secara strategis memprioritaskan teknologi baterai lithium iron phosphate (LFP), yang umumnya lebih murah untuk diproduksi dan semakin populer di pasar EV. Kemajuan-kemajuan ini dalam kecepatan pengisian daya, kepadatan energi, dan kimia baterai yang hemat biaya memberikan produsen EV China keunggulan kompetitif yang signifikan.

Perlombaan Global untuk Infrastruktur Pengisian

China memiliki jaringan pengisian daya kendaraan listrik yang jauh lebih luas dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Utara. BYD memiliki rencana ambisius untuk lebih memperluas infrastruktur ini dengan membangun lebih dari 4.000 megawatt "stasiun pengisian daya cepat". Sebaliknya, Eropa dan Amerika masih menghadapi tantangan dalam memperluas dan meningkatkan infrastruktur pengisian daya mereka untuk mendukung jumlah EV yang terus meningkat. Masalah-masalah seperti ketersediaan pengisian daya yang terbatas, keandalannya, dan kompleksitas sistem pembayaran yang berbeda-beda tetap menjadi kekhawatiran signifikan bagi calon pembeli EV di wilayah-wilayah ini.

Kontrol atas Mineral Kritis

Dominasi China meluas hingga ke dasar produksi baterai EV – mineral kritis. Negara ini memegang posisi dominan dalam pertambangan, pengolahan, dan pemurnian bahan baku baterai utama seperti kobalt, litium, dan nikel. Kontrol atas rantai pasokan ini memberikan China keuntungan strategis dan ekonomi yang substansial di pasar EV global, memungkinkannya untuk memengaruhi harga dan berpotensi mengganggu pasokan kepada para pesaing. Meskipun Amerika Serikat dan Eropa semakin menyadari risiko yang terkait dengan ketergantungan yang besar ini pada China dan sedang berupaya untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka dan meningkatkan produksi domestik, tingkat kontrol China saat ini tetap menjadi faktor signifikan dalam supremasi EV-nya.

Implikasi Geopolitik Dominasi EV China

Ketegangan Perdagangan, Tarif, dan Dinamika Pasar Global

Kenaikan China di pasar EV telah memicu peningkatan ketegangan perdagangan dan penerapan tarif oleh ekonomi-ekonomi utama. Baik Amerika Serikat maupun Uni Eropa telah memberlakukan tarif yang lebih tinggi pada kendaraan listrik yang diimpor dari China. Langkah-langkah ini mencerminkan kekhawatiran yang semakin besar tentang keunggulan kompetitif China, yang mungkin berasal dari subsidi pemerintah, dan keinginan untuk melindungi industri otomotif domestik. Namun, hambatan perdagangan ini dapat menyebabkan harga EV yang lebih tinggi di AS dan Eropa dan mungkin tidak cukup untuk sepenuhnya melindungi produsen otomotif domestik dari tekanan persaingan jangka panjang yang diberikan oleh produsen China. Ada juga potensi untuk tarif balasan dari China, yang dapat semakin memperumit dinamika perdagangan global.

Keamanan Data dan Pertimbangan Keamanan Nasional

Meningkatnya kecanggihan dan konektivitas kendaraan listrik modern, terutama yang diproduksi oleh perusahaan yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah asing, menimbulkan kekhawatiran keamanan data dan keamanan nasional yang signifikan. Ada kekhawatiran yang sah tentang potensi bagi musuh negara asing untuk memperoleh akses ke data sensitif yang dikumpulkan oleh kendaraan-kendaraan ini dan bahkan untuk memanipulasi fungsi mereka dari jarak jauh. Kekhawatiran ini sejalan dengan masalah serupa yang muncul di sektor teknologi lainnya yang melibatkan perusahaan-perusahaan China. Seiring dengan meningkatnya jumlah EV yang terhubung di jalan raya, pertimbangan keamanan nasional ini kemungkinan akan menjadi semakin menonjol dalam lanskap geopolitik. Dominasi China di pasar EV bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga memiliki implikasi geopolitik yang luas, yang akan membentuk lanskap mobilitas global di masa depan.

Lanskap Mobilitas Global di Masa Depan

Melihat ke depan, lintasan China saat ini sangat menunjukkan bahwa negara tersebut siap untuk menjadi kekuatan dominan yang membentuk masa depan industri otomotif global, dengan kendaraan listrik berada di garis depan transformasi ini. Beberapa analis memperkirakan potensi pemisahan pasar EV global, dengan China membangun dominasinya di negara-negara berkembang sementara AS dan Eropa mungkin semakin fokus pada produksi domestik dan segmen kendaraan listrik kelas atas. Pergeseran kekuasaan yang signifikan di sektor otomotif ini dapat memiliki konsekuensi ekonomi dan geopolitik yang luas dan mendalam di seluruh dunia. Untuk dapat menavigasi lanskap yang terus berkembang ini, kerja sama internasional dan penekanan yang berkelanjutan pada inovasi akan sangat penting bagi semua pelaku di pasar EV global.

Kesenjangan yang Melebar dan Jalan ke Depan

Analisis ini dengan jelas menunjukkan bahwa China telah membangun keunggulan yang dominan dan tampaknya tak tergoyahkan di pasar kendaraan listrik global.

Dominasinya didukung oleh kombinasi yang kuat dari dukungan pemerintah yang proaktif, inovasi teknologi yang cepat, rantai pasokan yang terintegrasi secara vertikal dan tangguh, dan kemampuan untuk menawarkan kendaraan yang kompetitif dari segi harga di skala global.

Sebaliknya, Eropa dan Amerika menghadapi kesulitan yang semakin besar dalam mengejar ketertinggalan. Pasar EV Eropa mengalami perlambatan pada tahun 2024, bergulat dengan tekanan regulasi, keraguan konsumen, dan ketergantungan yang signifikan pada rantai pasokan asing. Amerika, meskipun mengalami pertumbuhan yang stabil, menghadapi lanskap kebijakan yang tidak pasti dan tantangan serupa dalam mengamankan ekosistem EV yang kuat dan independen.

Kesenjangan dalam daya saing pasar EV antara China dan Barat tampaknya semakin melebar. Untuk mengatasi kesenjangan yang terus meningkat ini, Eropa dan Amerika perlu mengadopsi strategi yang komprehensif dan tegas. Hal ini mencakup melakukan investasi strategis dan berkelanjutan dalam riset dan pengembangan, terutama dalam teknologi baterai generasi berikutnya dan infrastruktur pengisian daya, untuk mendapatkan kembali keunggulan teknologi. Pemerintah di wilayah-wilayah ini harus menetapkan kebijakan dan insentif yang jelas, konsisten, dan suportif yang mendorong baik produksi domestik maupun adopsi EV oleh konsumen.

Membangun rantai pasokan yang tangguh dan terdiversifikasi untuk bahan baku kritis dan produksi baterai, mengurangi ketergantungan pada sumber tunggal, juga sangat penting untuk keamanan energi jangka panjang dan daya saing ekonomi. Mendorong kolaborasi dan kemitraan internasional dalam riset, pengembangan, dan inisiatif rantai pasokan juga dapat terbukti bermanfaat. Terakhir, produsen otomotif di Eropa dan Amerika mungkin perlu fokus pada inovasi dan diferensiasi di segmen pasar tertentu di mana mereka dapat memanfaatkan kekuatan yang ada atau mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang unik.

Dengan langkah-langkah proaktif dan kolaboratif, Eropa dan Amerika dapat berupaya untuk mempersempit kesenjangan dan memastikan masa depan yang lebih seimbang dan kompetitif di pasar kendaraan listrik global. Namun, tanpa perubahan strategis yang signifikan, dominasi China di sektor ini tampaknya akan terus berlanjut, mengubah lanskap industri otomotif global secara mendasar.

Referensi: 

  1. Autovista24. "EV Outlook 2025 – What is in Store for Europe?" Autovista24, autovista24.autovistagroup.com.

  2. Dentons. "Trends and Challenges Shaping the Automotive Industry in 2025." Dentons, dentons.com.

  3. China Daily. "North America, Europe's EV Ecosystem Falls Behind China's." China Daily, chinadailyhk.com.

  4. Autovista24. "How Will a Trump Presidency Impact the Global EV Market in 2025?" Autovista24, autovista24.autovistagroup.com.

  5. Autovista24. "The Future of Electric Vehicles in Europe." Autovista24, autovista24.autovistagroup.com.

  6. McKinsey & Company. "The Future of Mobility: How the Automotive Industry is Changing." McKinsey & Company, mckinsey.com.

  7. BloombergNEF. "Electric Vehicle Outlook 2025." BloombergNEF, bloomberg.com.

  8. International Energy Agency. "Global EV Outlook 2025." IEA, iea.org.

  9. Statista. "Electric Vehicle Sales Worldwide from 2010 to 2025." Statista, statista.com.

  10. Reuters. "China's BYD to Launch New Electric Vehicle Models in 2025." Reuters, reuters.com.

  11. Forbes. "The Rise of Electric Vehicles in China." Forbes, forbes.com.

  12. Automotive News. "Europe's Electric Vehicle Market Faces Challenges." Automotive News, autonews.com.

  13. The Guardian. "China's Dominance in the Electric Vehicle Market." The Guardian, theguardian.com.

  14. CNBC. "How China Became the World's Largest Electric Vehicle Market." CNBC, cnbc.com.

  15. Financial Times. "The Future of Electric Vehicles in Europe." Financial Times, ft.com.

  16. World Economic Forum. "The Global Electric Vehicle Market: Trends and Insights." World Economic Forum, weforum.org.

  17. J.D. Power. "Electric Vehicle Sales Forecast for 2025." J.D. Power, jdpower.com.

  18. PwC. "The Future of the Automotive Industry: Trends and Predictions." PwC, pwc.com.

  19. Deloitte. "Electric Vehicles: A Global Perspective." Deloitte, deloitte.com.

  20. KPMG. "The Future of Mobility: Trends and Challenges." KPMG, home.kpmg.

Dibuat oleh Good News From Indonesia
Logo GNFI