- InJourney Airports, Penghubung Dunia Kebanggaan Indonesia
- Dari Angkasa Pura Jadi InJourney Airports
- Lahirnya InJourney Airports, Sebuah Transformasi Menuju Kemajuan
- Langkah InJourney Airports demi Wujudkan Visi dan Misi
- Peningkatan Pelayanan, Janji InJourney Airports untuk Masyarakat Indonesia
- InJourney Airports dalam Industri Penerbangan Global

Tahun 2024 ini menjadi awal dari lembaran baru dunia penerbangan Indonesia: PT Angkasa Pura Indonesia alias InJourney Airports diresmikan.
Meski baru lahir, InJourney Airports sebetulnya tidak tercipta dari nol. Perusahaan milik negara yang berkecimpung di bidang pengelolaan bandara ini terbentuk lewat penggabungan atau merger antara dua perusahaan yang lebih dulu eksis dan dikenal luas, yakni PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.
InJourney Airports adalah perusahaan yang berstatus anak usaha dari holding BUMN di sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney. Beroperasi sebagai subholding sektor jasa kebandarudaraan, perusahaan ini mengelola operasional 37 bandara di Indonesia.
Bersamaan dengan terbentuknya InJourney Airports, berbagai hal pun mengiringi perjalanan perusahaan tersebut, mulai dari harapan, visi dan misi, target, hingga tantangan yang harus dihadapi. Semuanya harus dilalui untuk menjadi penghubung dunia kebanggaan Indonesia.
Sebagai hasil merger, InJourney Airports melanjutkan perjalanan panjang yang telah dilalui PT Angkasa Pura I dan II. Sebagaimana diketahui, AP I dan II telah berkecimpung di dunia penerbangan dengan mengelola bandara-bandara di Indonesia sejak puluhan tahun silam.
Sejarah mencatat, PT Angkasa Pura I didirikan oleh pemerintah Indonesia pada 1962 dengan nama PN Angkasa Pura Kemayoran yang bertugas untuk mengelola Bandara Kemayoran. Kemudian pada 1984, Pemerintah Indonesia mendirikan lagi Perusahaan Umum (Perum) bernama Perum Bandar Udara Jakarta Cengkareng yang khusus ditugaskan mengurus Bandara Soekarno-Hatta. Perusahaan inilah yang kemudian berubah menjadi Perum Angkasa Pura II pada 1986.
Sama-sama berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan menjalankan bisnis pengelolaan bandara, perbedaan antara PT Angkasa Pura I dan II terletak pada wilayah operasionalnya. PT Angkasa Pura I mengelola bandara di wilayah tengah dan timur Indonesia, sementara PT Angkasa Pura II di wilayah barat.
Setelah sekian lama PT Angkasa Pura I dan II beroperasi di wilayahnya masing-masing, pemerintah melalui InJourney menginisiasi penggabungan keduanya. Untuk itu, pada 28 Desember 2023 dibentuklah PT Angkasa Pura Indonesia dan proses merger pun mulai dijalankan.

PT Angkasa Pura I dan II
- 1962PT Angkasa Pura I didirikan dengan nama PN Angkasa Pura Kemayorandan pengambilan bagasi yang lebih cepat
- 1984PT Angkasa Pura II didirikan dengan nama Perum Bandar Udara Jakarta Cengkareng
- 28 Desember 2023PT Angkasa Pura II didirikan dengan nama Perum Bandar Udara Jakarta Cengkareng
- 9 September 2024Acara peresmian PT Angkasa Pura Indonesia dihelat, menandai tuntasnya proses merger






eks Direktur Utama InJourney,
kini Wakil Menteri BUMN

Senin, 9 September 2024 jadi tanggal bersejarah bagi InJourney Airports. Pada hari itu, merger antara dua perusahaan yang prosesnya telah dijalankan selama kurang lebih sembilan bulan akhirnya diresmikan lewat acara yang digelar di kantor InJourney yang terletak di Sarinah, Jakarta Pusat.
“Apresiasi kepada Kementerian BUMN, InJouney dan PT Angkasa Pura I serta PT Angkasa Pura II yang telah mendorong proses merger menjadi PT Angkasa Pura Indonesia. Hal ini sebagai langkah baik memberikan layanan kebandarudaraan kepada masyarakat agar semakin efektif, efisien, dan akuntabel," ujar Menteri Perhubungan saat itu, Budi Karya Sumadi.
Dengan merger ini, InJourney Airports mencetak sejarah baru. Mereka resmi menjadi operator bandara ke-5 terbesar di dunia. Di 37 bandara yang dikelolanya, InJourney Airports diproyeksikan akan melayani 170 juta pada akhir tahun nanti.
“Merger ini berjalan lancar sesuai dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan sektor aviasi dan kebandarudaraan Indonesia menjadi 5 top global airports operator. Terlebih merger ini sudah masuk dalam Program Strategis Nasional yang telah disetujui oleh pemerintah,” kata Dony Oskaria, Direktur Utama InJourney saat itu yang kini menjabat Wakil Menteri BUMN.
InJourney Airports tidak cuma hadir membawa wajah baru. Lebih dari itu, cara kerjanya pun juga baru. Dengan banyaknya bandara yang dikelola, InJourney Airports berupaya membangun konektivitas udara berkonsep hub and spoke di Indonesia. Konsep ini berarti Seluruh bandara yang dikelola InJourney Airports dari ujung barat hingga timur Indonesia diintegrasikan menjadi satu kesatuan, baik dalam hal operasional maupun pelayanan.
InJourney Airport Membagi wilayah operasional 37 bandara menjadi 6 region, dan masing-masing region memiliki 1 bandara hub, sementara bandara lain di sekitarnya menjadi spoke. Misalnya, Region 1 Jakarta, bandara yang menjadi pengumpul (hub) adalah Bandara Soekarno-Hatta dan bandara pengumpan (spoke) yakni Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Bandara Kertajati Majalengka.
Pada dasarnya, pembentukan InJourney Airports merupakan langkah BUMN untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman. Keputusan untuk menggabungkan AP I dan II didasari oleh sangat dibutuhkannya transformasi di sektor pengelolaan bandara guna mengoptimalkan tatanan kebandarudaraan nasional, potensi sektor ekonomi, pariwisata, hingga logistik Indonesia.
Sejak jauh-jauh hari, persiapan dilakukan untuk memastikan proses merger berjalan lancar. Diutarakan Dony, merger ini telah direncanakan secara matang dengan berpegang pada prinsip tata kelola yang baik.
“Untuk menyiapkan merger ini, kita sudah melakukan proses penyelarasan Standar Operasional Prosedur (SOP), sistem IT, sistem keuangan, hingga operasional bandara yang mana prosesnya telah berlangsung sejak tahun lalu. InJourney Airports diharapkan dapat menjadi perusahaan pengelola bandara yang mengacu pada best practice di dunia," ujarnya.
Transformasi yang dimaksud sendiri setidaknya meliputi tiga hal, yakni peningkatan kualitas infrastruktur bandara, manajemen operasional yang berbasis ekosistem, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) berbasis customer centric yang berstandar global. Itu semua dilaksanakan melalui berbagai program yang membawa perubahan pada wajah bandara di Tanah Air.
InJourney Airports pun bergerak cepat dalam mengeksekusi program-programnya demi berjalannya transformasi seperti yang dicanangkan. Dari segi fisik, misalnya ada beautifikasi terminal Bandara Soekarno-Hatta, juga peningkatan kapasitas penumpang seperti di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan Bandara Sultan Hasanuddin.
Hasilnya tak main-main, selain kondisi bandara yang lebih nyaman, kapasitasnya meningkat drastis. Di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang awalnya bisa menampung 24 juta penumpang per tahun bertambah menjadi 32 juta penumpang. Sementara itu, kapasitas Bandara Sultan Hasanuddin naik lebih dari dua kali lipat, 7 juta penumpang menjadi 15 juta penumpang per tahun.
Dari segi nonfisik, salah satu transformasi yang dilakukan adalah pemberian berbagai pelatihan dan pembekalan kepada karyawan agar kualitas SDM di internal perusahaan ikut terangkat. Semua karyawan disiapkan untuk menjadi bagian dari transformasi besar di industri aviasi dan kebandarudaraan.
Dituntut beradaptasi dengan zaman, InJourney Airports melakukan transformasi di sektor pengelolaan bandara yang meliputi tiga hal berikut:
- Peningkatan kualitas infrastruktur bandara
- Manajemen operasional berbasis ekosistem
- Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis customer centric yang berstandar global



Dalam merger ini, InJourney memang sangat memperhatikan SDM-nya sebagai salah satu unsur penting bagi perusahaan. Saat masa persiapan merger, para General Manager bandara mendapat pembekalan melalui program GM Airport Academy dan Immersion Program GM Airport Academy. Belum lagi, berbagai pelatihan dan pembekalan pada bidang hospitality, customer service and experience, dan sebagainya turut diberikan kepada staf di level teknis.
“Tentunya, peranan SDM menjadi sangat penting terutama dalam menjalankan strategi bisnis kebandarudaraan yang lebih efisien, profitable, dan berdaya saing global,” papar Dony.
Merger antara AP I dan II menjadi InJourney Airports tentu bukan tanpa arah. Ada tujuan yang ingin dicapai di baliknya, yaitu pengelolaan bandara-bandara di Indonesia yang lebih baik dan dapat tampilnya bandara sebagai wajah kebanggaan bangsa.
“Bandara memiliki layanan yang memenuhi ekspektasi, lalu penyeragaman bisnis proses di seluruh bandara, kemudian menjadi salah satu operator bandara terbesar di dunia, memiliki finansial yang kuat, serta dapat mengoptimalkan potensi pertumbuhan sektor penerbangan di Indonesia,” ujar Pgs. Corporate Secretary Group Head InJourney Airports, Arie Ahsanurrohim.
Sejalan dengan ini, InJourney Airports memiliki visi menjadi operator bandara kelas dunia yang menghubungkan global travelers dengan hospitality khas Indonesia. Diharapkan, InJourney Airports akan mampu membuat bandara dapat berkontribusi optimal terhadap perekonomian, pariwisata, hingga sektor logistik.
Untuk mewujudkan visinya, InJourney Airports memiliki tiga misi. Pertama, mengoptimalkan bandara sebagai agent of development. Kedua, menjadikan bandara sebagai wajah kebanggaan bangsa dan membentuk bandara yang dapat menciptakan nilai tambah (value creator).
Arie menjelaskan bahwa sebagai agent of development, bandara harus dapat berkontribusi secara optimal dan maksimal dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia. Di sisi lain, bandara sebagai wajah kebanggaan bangsa adalah soal bagaimana bandara harus memberikan pelayanan serta memiliki infrastruktur dan fasilitas terbaik yang sesuai ekspektasi pengguna jasa dan dapat dibanggakan oleh masyarakat.
“Adapun bandara juga harus mempu menciptakan nilai tambah (value creator) melalui beragam inovasi, khususnya di sektor komersial,” lanjutnya.
Demi mencapai visi dan misinya, InJourney Airports akan fokus melakukan pengembangan terhadap 4 pilar sebagai berikut:
Premises (infrastruktur dan fasilitas bandara berkualitas prima)
Process (kolaborasi erat InJourney Airports dengan ekosistem aviasi)
People (SDM di sektor pelayanan yang berkualitas, serta memenuhi standar global)
Enabler (implementasi beragam inovasi teknologi, serta digitalisasi)
“InJourney Airports juga disiapkan untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah sektor penerbangan yang tidak dapat diselesaikan jika tidak ada merger antara AP I dan AP II,” papar Arie.
InJourney Airports
Menatap Masa Depan
Visi
Menjadi operator bandara kelas dunia yang menghubungkan global travelers dengan hospitality khas Indonesia
Misi
- Meningkatkan kualitas layanan bandara dengan standar internasional
- Menjadikan bandara sebagai wajah kebanggaan bangsa dan membentuk bandara yang dapat menciptakan nilai tambah (value creator)


InJourney Airports akan fokus melakukan pengembangan terhadap 4 pilar berikut untuk mencapai visi dan misinya:
- Premises
infrastruktur dan fasilitas bandara berkualitas prima
- People
SDM di sektor pelayanan yang berkualitas, serta memenuhi standar global
- Process
kolaborasi erat InJourney Airports dengan ekosistem aviasi
- Enabler
implementasi beragam inovasi teknologi, serta digitalisasi

Arie mengungkapkan pihaknya memiliki target yaitu pada 2029 Bandara Soekarno-Hatta dapat berada di 10 besar bandara terbaik dunia versi Skytrax. Kemudian bandara-bandara lainnya dapat meraih posisi terbaik sesuai kategorinya masing-masing pada penghargaan Airports Service Quality Awards dari Airport Council International (ACI). InJourney Airports juga menargetkan Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai dapat meraih akreditasi level 5 pada Airport Customer Experience Accreditation pada tahun yang sama.
Hadirnya InJourney Airports memberi satu janji untuk masyarakat Indonesia, yakni pelayanan yang semakin ciamik. Dengan transformasi pengelolaan bandara yang dijalankan, diharapkan masyarakat pengguna moda transportasi udara merasakan pelayanan optimal.
“Tujuan transformasi bandara yang sedang berjalan adalah untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan pada seluruh rangkaian perjalanan melalui perubahan mindset dan pola manajemen dalam memberikan pelayanan,” kata Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi.
Agar pelayanan semakin maksimal, InJourney Airports berupaya agar ke-37 bandara yang ada di bawah pengelolaannya bisa terintegrasi dengan baik. Integrasi ini diharapkan mendorong perubahan pola pikir dari setiap bandara yang ada di Indonesia, dari sebelumnya yang berfokus ke aspek operasional menjadi pelayanan kepada para pengguna.
"Perubahan mindset ini mendorong bandara untuk dapat produktif dan proaktif dalam memberikan pelayanan, tidak hanya reaktif menunggu apa yang dibutuhkan pengguna jasa," jelas Arie.
InJourney Airports sudah merancang program jangka pendek untuk melakukan perbaikan hal-hal mendasar, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan yang berhubungan langsung dengan para pengguna. Contohnya, para pengguna transportasi udara bisa melewati pemeriksaan keamanan, pelaporan penumpang, hingga pengambilan bagasi dengan lebih cepat. Selain itu, para pengguna juga akan mendapatkan pelayanan yang lebih ramah dari para petugas. Hal ini sesuai dengan aspek pelayanan berbasis Indonesia hospitality dan Indonesia heritage yang dikedepankan InJourney Airports di setiap bandaranya.
Fasilitas-fasilitas yang ada di bandara tak ketinggalan dievaluasi agar bisa mendukung pelayanan bagi penumpang. Contoh hasilnya bisa dilihat di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Dua bandara terbaik yang dikelola InJourney Airports tersebut memiliki fasilitas yang mumpuni untuk menunjang kenyamanan dari setiap pengguna jasa transportasi udara.
Bandara Soekarno-Hatta memiliki fasilitas Self Bag Drop yang membantu mempercepat proses keberangkatan penumpang pesawat. Selain itu, bandara internasional ini direncanakan akan memiliki Automatic Tray Return System untuk meningkatkan pemeriksaan keamanan barang bawaan penumpang. Teknologi ini terlebih dahulu sudah diterapkan di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Penggunaan teknologi Automatic Tray Return System telah teruji bisa mempercepat proses antrean pemeriksaan keamanan.

Peningkatan Pelayanan

InJourney Airports mendorong
bandara untuk fokus kepada
pelayanan kepada para penggunanya
Berbagai perbaikan pun dilakukan demi peningkatan pelayanan

Aspek pelayanan yang jadi perhatian InJourney Airports di antaranya
- Proses pemeriksaan keamanan, pelaporan penumpang, dan pengambilan bagasi yang lebih cepat
- Pelayanan yang lebih ramah dari petugas
Berbagai fasilitas pendukung juga disediakan, mulai dari Self Bag Drop dan nantinya akan menyusul Automatic Tray Return System, juga tak ketinggalan detail-detail seperti penerangan dan suhu ruangan turut diperhatikan

“Tujuan transformasi bandara yang sedang berjalan adalah untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan pada seluruh rangkaian perjalanan melalui perubahan mindset dan pola manajemen dalam memberikan pelayanan.”
Direktur Utama InJourney Airports,
Faik Fahmi
Perbaikan fasilitas tidak melulu soal teknologi atau sistem mutakhir nan canggih. Hal-hal kecil pun tak ketinggalan diperhatikan. Meski mungkin terlihat sepele, namun itu sebetulnya sangat berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang.
“Fasilitas lain pun kami tingkatkan, misalnya penambahan fasilitas penerangan jika ada area yang terlihat kurang pencahayaan, lalu pendingin udara dimaksimalkan agar dapat memenuhi ketentuan suhu ruangan di terminal,” lanjut Arie.
Merger antara Angkasa Pura I dan II yang melahirkan InJourney Airports bukan sekadar penggabungan operasional dua perusahaan menjadi satu. Lebih dari itu, ini adalah sebuah langkah untuk membuat nama Indonesia di peta industri penerbangan global semakin moncer.
Ya, InJourney Airports memang tak mau hanya jadi jagoan di dalam negeri, melainkan juga berkibar di level internasional. Apalagi, Asia Tenggara adalah salah satu kawasan paling cukup ramai dalam industri penerbangan global, dengan bandara di Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur menjadi pusat transit utama. Agar bersaing di pasar ini, maka InJourney Airports harus punya strategi yang mumpuni.
Peningkatan layanan kepada penumpang yang saat ini digaungkan ternyata turut menjadi bagian dari strategi tersebut. InJourney Airports sadar betul, pelayanan prima merupakan penentu mampu atau tidaknya mereka untuk bersaing di kancah internasional.
“Kami mengubah pendekatan dari yang berfokus pada operasional menjadi customer-oriented, sehingga bandara bisa lebih proaktif dalam melayani pengguna. Perubahan mindset ini akan membuat kami lebih siap bersaing di pasar internasional,” ungkap Arie.
Selain berupaya membuat penumpang dari seluruh dunia lebih nyaman di bandara, InJourney Airports pun semakin gencar menarik lebih banyak maskapai internasional. Salah satu kerja sama strategis yang telah dilakukan adalah kolaborasi dengan Incheon International Airport Corporation (IIAC) untuk mengelola Bandara Kualanamu dan Hang Nadim sebagai hub internasional baru. Bahkan, Jeju Air sudah mulai membuka penerbangan reguler Seoul-Batam.
Setelah bandara-bandara di Indonesia pelayanannya semakin prima dan ramai oleh maskapai internasional, ekspansi berikutnya siap dilakukan. InJourney Airports membuka peluang untuk memegang pengelolaan bandara di luar negeri. Tak berlama-lama, InJourney sudah menandatangani MoU dengan IIAC untuk menjajaki peluang pengelolaan bandara di Kuwait, Uzbekistan, dan Filipina pada Oktober 2024 lalu.

InJourney Airports di Kancah Internasional
Peningkatan pelayanan dan kerja sama seluas-luasnya, itulah dua senjata InJourney Airports untuk berkibar sampai ke mancanegara

Kami mengubah pendekatan dari yang berfokus pada operasional menjadi customer-oriented, sehingga bandara bisa lebih proaktif dalam melayani pengguna. Perubahan mindset ini akan membuat kami lebih siap bersaing di pasar internasional.

Pgs. Corporate Secretary Group Head InJourney Airports, Arie Ahsanurrohim


Sebagian inisiatif kerja sama internasional yang telah ditempuh InJourney Airports
Kolaborasi dengan Incheon International Airport Corporation (IIAC) untuk mengelola Bandara Kualanamu dan Hang Nadim sebagai hub internasional baru
Menandatangani MoU dengan IIAC untuk menjajaki peluang pengelolaan bandara di Kuwait, Uzbekistan, dan Filipina
Dengan langkah-langkah ini, InJourney Airports punya target menjadi operator bandara terbesar kedua di dunia pada 2045

“Kami akan membentuk anak usaha untuk mengikuti tender pengelolaan bandara di luar negeri dan membangun kemitraan sister airport. Ini akan menjadi langkah penting dalam mewujudkan ekspansi internasional kami,” tutur Arie.
Melalui upaya-upaya berkelanjutan, InJourney Airports memantapkan diri untuk terus tumbuh sekaligus menjadi pemain kunci dalam industri penerbangan dunia.
“Kami menargetkan InJourney Airports dapat menjadi operator bandara terbesar ke-2 di dunia pada 2045 dengan potensi valuasi sekitar 8 miliar dolar AS berdasarkan trafik penumpang,” kata Arie yakin.