Table of Content
Logo GNFI

Jamu Indonesia: Minuman Herbal, Harta Karun Nasional

Sejarah Jamu: Sudah Ada dari Era Hindu Budha

Keberadaan jamu di Indonesia sudah ada sejak lama. Bahkan minuman kesehatan tradisional ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.

Dilansir dari buku Vanesa Adisa yang berjudul Ensiklopedia Jamu di Indonesia, keberadaan jamu di Nusantara sudah ada sejak zaman Hindu Budha dulunya. Hal ini dikaitkan dengan ditemukannya beberapa artefak yang diyakini sebagai alat tumbuk jamu dulunya, seperti cobek dan ulekan di situs arkeologi Liyangan di Gunung Sindoro, Jawa Tengah.

Selain itu, pemanfaatan jamu di masa lalu juga terekam dalam beberapa relief candi yang ada di Indonesia. Beberapa contoh bukti ini di antaranya relief di Candi Rimbi dan relief yang ada di Candi Surowono.

Relief yang ada di candi-candi ini juga menunjukkan bagaimana perkembangan ilmu kesehatan tradisional di masa lalu. Sama seperti saat sekarang, jamu menjadi salah satu obat herbal yang banyak digunakan oleh masyarakat Nusantara dalam bidang kesehatan.

Dikutip dari artikel Deby Lia Isnawati dalam artikelnya, "Minuman Jamu Tradisional sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Kerajaan Majapahit pada Abad ke-14 Masehi" di Jurnal AVATARA, informasi spesifik terkait jamu ditemukan pada abad ke-13 saat masa Kerajaan Majapahit. Bukti ini berdasarkan informasi yang terdapat di dalam Prasasti Madhawapura.

Dalam prasasti tersebut disebutkan bahwa pada masa Majapahit sudah ada sebuah profesi khusus yang ditugaskan untuk peracik jamu. Profesi ini disebut sebagai "Acaraki".

Tidak sembarangan orang bisa menjadi Acaraki pada waktu itu. Para peracik jamu ini mesti memenuhi persyaratan khusus, yakni melakukan meditasi dan berpuasa agar dapat merasakan energi positif yang nantinya bermanfaat bagi kesehatan.

Ada juga sumber tertulis lain yang memberikan informasi terkait keberadaan jamu di masa lalu, yakni Serat Centhini yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom pada 1814 Masehi. Selain itu, ada juga kitab lain yang membahas resep dari obat-obatan tradisional di masa lalu, yakni Serat Kawruh yang ditulis pada 1858 Masehi.

Jamu di Indonesia,
Ada Sejak Kapan?

Jamu

Ada catatan mengenai keberadaan jamu pada abad ke-13

Dalam Prasasti Madhawapura, terkuak juga ada profesi peracik jamu pada era Majapahit yang disebut "Acaraki"

Jamu

Eksistensi jamu juga tercatat dalam Serat Centhini yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom pada 1814

Serat Centhini

Selain itu, dalam kitab kuno Serat Centhini yang ditulis pada awal abad ke-19, terdapat berbagai resep jamu tradisional yang mencerminkan pengetahuan mendalam tentang tanaman obat dan cara penggunaannya untuk menjaga kesehatan.

Sementara itu, Serat Kawruh yang ditulis pada 1858 membahas resep obat-obatan tradisional pada masa lalu

Peninggalan keberadaan jamu pada masa lalu:

Artefak

Artefak yang diyakini sebagai alat tumpu jamu seperti cobek dan ulekan di situs arkeologi Liyangan

Relief

Relief di candi seperti Candi Rimbi dan Candi Surowono yang merekam pemanfaatan jamu

Seiring berjalannya waktu, penggunaan jamu di bidang kesehatan sempat mengalami penurunan, khususnya ketika ilmu modern mulai masuk ke Indonesia. Namun pada Masa Pendudukan Jepang, kebiasaan minum jamu sebagai alternatif obat kesehatan kembali meningkat.

Periode ini pula yang mulai memunculkan industri jamu di Indonesia. Pada 1970-an, mulai bermunculan beberapa perusahaan jamu yang terus berkembang hingga saat ini.

Sajian Jamu di Tengah Masyarakat Kecil hingga Gedongan

Tradisi minum jamu lestari dari zaman kuno sampai era modern. Ketika tidak bisa meraciknya sendiri, jamu bisa dikonsumsi dengan cara dibeli langsung dari penjualnya.

Biasanya penjual jamu bisa dijumpai di mana saja, kapan saja. Jika malas keluar rumah, jamu bisa dihadirkan oleh sang penjual yang membawa sajian jamunya cara digendong.

Umumnya penjual jamu gendong adalah wanita suku Jawa yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia. Bakul berukuran sedang yang dibawa “mbak yu jamu” terdiri dari botol-botol berisi jamu hasil racikannya. Mereka kerap berjalan wira-wiri di gang-gang perkotaan atau perkampungan dan tak jarang pula menggelar lapaknya di tempat-tempat ramai.

Namun, seiring perkembangan zaman, pemandangan penjual jamu gendong mulai langka. Beberapa mungkin memilih pensiun, tetapi beberapa lagi masih setia berjualan jamu dengan cara bersepeda agar lebih mudah menjajakan jamunya ke pembeli yang sudah menunggu di rumahnya masing-masing.

Ketika memiliki energi untuk keluar rumah, membeli jamu di kios jamu yang kerap berdiri di pasar tradisional bisa menjadi opsi utama.  Ada banyak kios jamu beredar di pasar-pasar di tanah air. Dari banyaknya kios, Akar Sari di Solo, Jawa Tengah bisa menjadi contohnya. Selain bisa mengkonsumsi jamu secara langsung dari tangan peraciknya, di tempat ini pengunjung bisa membeli bahan mentah berupa jamu kering yang nanti bisa diseduh di rumah.

Menurut data dari Jakpat yang dilansir GoodStats pada 9 September 2025, Gen X adalah pengonsumsi tertinggi jamu dibandingkan dengan generasi di bawahnya, Milenial dan Gen Z. Lalu, apakah itu artinya Milenial dan Gen Z tidak memiliki ketertarikan dengan jamu? Jika tertarik, bagaimana cara menarik mereka mencintai minuman berkhasiat ini.

Gen X Masih Suka Jamu, bagaimana dengan Milenial dan Gen Z?

Penggunaan Obat Herbal dan Jamu Menurut Generasi

Tahun 2025

Jamu
Infografik
0
0
0
Jamu

Sumber:
Survei Local Product Shopping Behavior in Indonesia

Para pebisnis ulung yang mengerti arti tradisi minum jamu pun bergerak. Di mal-mal gedongan atau area gaul perkotaan, jamu dihadirkan mereka dengan kemasan dan sajian yang lebih menarik hati.

Misalnya pada 2020 lalu, Mustika Ratu membuka lapak Pop Up Bar Jejamu di Alun Alun Indonesia Grand Indonesia. Lalu juga ada Acaraki Jamu, sebuah kedai jamu modern yang membuka usahanya di beberapa tempat di Jakarta.

Jadi, jamu semakin tersebar. Para penikmatnya pun bebas memilih ingin menikmatinya di rumah atau di kiosnya langsung saat kumpul bersama dengan orang tersayang.

Aneka Rasa, Rupa, dan Khasiat Jamu

Kekuatan jamu tidak hanya pada khasiatnya, melainkan juga pada keragaman rasa yang menunjukkan kekayaan rempah Indonesia. Setiap racikan ini pun punya karakter dan ceritanya tersendiri.

Inilah beberapa jenis jamu yang cukup populer:

  1. Kunyit Asam: Perpaduan segarnya asam jawa dengan hangatnya kunyit. Manfaatnya antara lain meredakan nyeri haid, melancarkan pencernaan, dan menurunkan kolesterol.

  2. Beras Kencur: Favorit banyak orang karena rasanya yang gurih-manis. Campuran beras, kencur, dan gula jawa ini membantu memulihkan stamina, meningkatkan nafsu makan, serta meredakan batuk.

  3. Kudu Laos: Kombinasi mengkudu yang khas aromanya dan lengkuas, menciptakan racikan berkhasiat untuk memperkuat daya tahan tubuh, menjaga kesehatan kulit, dan mencegah penyakit degeneratif.

  4. Galian Singset: Gabungan kunyit, kencur, dan daun jati belanda. Digunakan untuk menjaga berat badan, menghambat penyerapan lemak, dan memperlancar metabolisme.

  5. Kunci Sirih: Racikan temu kunci dan daun sirih yang khusus bermanfaat untuk kesehatan perempuan, mengatasi keputihan, serta menjaga organ reproduksi.

  6. Sinom: Bahan utamanya asam muda dan kunyit. Memberikan rasa segar sekaligus membantu meremajakan kulit, menurunkan panas tubuh, dan meredakan nyeri haid.

  7. Pahitan: Campuran sambiloto dan brotowali yang sangat pahit, tetapi ampuh membersihkan darah, meningkatkan fungsi hati, dan memperkuat sistem imun.

  8. Jamu Cekok: Dikhususkan untuk anak-anak. Berisi temulawak, lempuyang, brotowali, temu ireng, dan pepaya. Berkhasiat meningkatkan nafsu makan, mengatasi cacingan, dan meredakan perut kembung.

Jamu
Paling Populer di Indonesia

Galian Singset

Galian Singset

Beras Kencur

Beras Kencur

Kunci Sirih

Kunci Sirih

Kunyit Asam

Kunyit Asam

Kudu Laos

Kudu Laos

Pahitan

Pahitan

Jamu Cekok

Jamu Cekok

Sinom

Sinom

Kini, inovasi membawa jamu ke bentuk-bentuk baru. Mahasiswa UGM, misalnya, menciptakan es krim jamu berbahan kacang merah dan rempah.

Dengan begitu, jamu pun lebih menarik bagi generasi muda. Perubahan bentuk ini membuktikan bahwa warisan tradisional bisa terus hidup dan relevan tanpa kehilangan manfaatnya.

Dari segar hingga pahit, dari botol kaca di gerobak hingga es krim modern, jamu tetap menawarkan satu hal, yakni kesehatan yang lahir dari kearifan alam.

Jamu di Mata Internasional

Jamu memang minuman tradisional. Meski demikian, jangan kira mahakarya leluhur Nusantara satu ini tak bisa go international.

Ya, jamu memang telah mendunia. Tak hanya sekadar dikenal, jamu Indonesia bahkan sudah resmi diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dunia. Budaya Sehat Jamu (Jamu Wellness Culture) juga telah menjadi bagian dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity UNESCO.

Pengesahan jamu sebagai WBTb dunia dilakukan dalam  forum sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kasane, Republik Botswana, pada Desember 2023. Kala itu, jamu menjadi WBTb ke-13 milik Indonesia yang diakui UNESCO.

Tentu bukan tanpa alasan UNESCO memutuskan untuk mengakui jamu sebagai WBTb dunia. Jamu dianggap punya nilai budaya yang membangun koneksi antara manusia dengan alam. Lewat keterangan tertulis, Pemerintah Indonesia menyebut bahwa UNESCO juga memandang bahwa manfaat jamu bagi kesehatan selaras  dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s), khususnya  tujuan nomor 3  (kesehatan dan kesejahteraan) 5 (kesetaraan gender), 12 (produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab), dan 16 (kehidupan di darat).

Dengan mendunianya jamu khas Indonesia, tak perlu heran apabila Kawan bisa menemukannya saat berada di luar negeri. Sebab, Indonesia selama ini memang telah memasarkan tanaman obat, aromatik, dan rempah yang merupakan bahan baku jamu ke berbagai belahan dunia sebagai komoditas ekspor.

Sebagai bagian dari kekayaan alam Indonesia, sudah tentu tanaman obat, aromatik, dan rempah dimaksimalkan betul untuk mendulang devisa. Indonesia mengekspor bahan baku jamu yakni tanaman obat, aromatik, dan rempah yang meliputi jahe, kunyit, temulawak dan berbagai rempah lainnya.

Menurut data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),  Tiongkok adalah negara tujuan utama ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah Indonesia dengan volume ekspor sebanyak 48.027,9 ton pada 2024. Di urutan kedua, ada India dengan volume ekspor sebanyak 27.466,6 ton, disusul dengan Bangladesh dengan volume ekspor sebanyak 21.270,6 ton.

Volume ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah negara tujuan selanjutnya yakni Pakistan (16.028,5 ton), Vietnam (12.062,4 ton), Amerika Serikat (11.162,3 ton), dan Thailand (4.286,4 ton).

Sementara itu, negara tujuan ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah dengan volume ekspor kurang dari 2.000 ton ada pada sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, dan Singapura.

Jamu

Jamu Indonesia Dikenal Dunia

Diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia

Jamu dianggap punya nilai budaya yang membangun koneksi antara manusia dengan alam

Overlay

Manfaat jamu bagi kesehatan dipandang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Suistanable Development Goals (SDG's)

Overlay

Jadi sumber pendapatan negara

Ekspor Jamu

Indonesia mengekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah yang merupakan bahan baku jamu

Negara tujuan ekspor utama
(berdasarkan volume ekspor per 2024):

China

China

48.027,9 ton

India

India

24.466,6 ton

Bangladesh

Bangladesh

21.270,6 ton

Pakistan

Pakistan

16.028,5 ton

Vietnam

Vietnam

12.062,4 ton

Agaknya, langkah indonesia membawa jamu ke kancah global adalah hal tepat. Sebab, prospeknya memang menjanjikan

"Peluang untuk menjadikan jamu sebagai komoditi ekspor sangatlah besar. WHO menyatakan sekitar 80% penduduk dunia, terutama di negara berkembang, menggunakan obat berbasis herbal sebagai upaya menjaga kesehatan.” Pernyataan tersebut pernah diutarakan oleh Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik (OTSKK) BPOM (Deputi 2), Mohamad Kashuri saat memberikan sambutannya pada Talkshow dan Webinar The Next Level: Jamu Export Orientation for The Economic Growth yang diselenggarakan pada Kamis (30/05/2024) lalu.

Sudah diakui Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dunia, nilai ekonominya tinggi pula. Tak heran jika jamu layak disebut sebagai harta karunnya Indonesia.

Merek Jamu Indonesia dan Popularitasnya di Tengah Masyarakat

Jamu sebagai warisan budaya Indonesia tidak hanya kaya akan manfaat kesehatan, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam rangka menggairahkan kembali jamu tradisional, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian aktif mengadakan berbagai inisiatif, salah satunya "6 Tahun Jamu Brand Indonesia". 

Acara ini tidak hanya menjadi wadah untuk melestarikan budaya, tetapi juga memamerkan produk-produk terbaik dari jenama jamu ternama Indonesia, menunjukkan komitmen bersama untuk memajukan industri herbal nasional.

Setiap jenama jamu ternama memiliki produk unggulan yang telah melekat di hati masyarakat. Sido Muncul, misalnya, terkenal dengan jamu Tolak Angin-nya yang efektif meredakan gejala masuk angin dan flu. Sido Muncul menjadi pemimpin pasar dengan Tolak Angin Sido Muncul dan Kapsul Temulawak yang sudah teruji klinis, menjadikannya pilihan utama keluarga modern.

Sementara itu, Jamu Jago memiliki tempat khusus berkat Jamu Strongman yang dipercaya meningkatkan vitalitas pria, menjaga popularitasnya di segmen tradisional. Nyonya Meneer, sebagai pelopor industri jamu, tetap konsisten dengan racikan tradisionalnya seperti Jamu Sehat Segar dan Kapsul Beras Kencur yang menjadi andalan untuk menjaga kebugaran sehari-hari.

Lalu, ada Air Mancur juga tidak kalah dengan produk andalannya, Kapsul Pegal Linu yang sangat populer di kalangan pekerja keras dan lanjut usia. Deltomed berhasil menembus pasar modern dengan Antangin JRG, formula praktis yang menggabungkan jahe, royal jelly, dan ginseng untuk mengatasi gejala masuk angin dengan cepat dan efektif.

Selain nama-nama di atas, masih ada lagi jenama lain yang juga meramaikan pasar jamu Indonesia. Sebut saja Mustika Ratu, Iboe, atau yang lebih kekinian, Rahsa Nusantara.

Ornamen TopLeavesJamu rightJamu left

Jenama Jamu
Kebanggaan Indonesia

Indonesia punya sejumlah jenama jamu yang tak asing di telinga. Beberapa di antaranya:

Sido Muncul

Sido Muncul

Jamu Jago

Jamu Jago

Air Mancur

Air Mancur

Mustika Ratu

Mustika Ratu

Jamu Iboe

Jamu Iboe

Rahsa Nusantara

Rahsa Nusantara

Popularitas produk-produk ini tidak hanya mengandalkan warisan turun-temurun, tetapi juga inovasi dan adaptasi dengan gaya hidup kontemporer. Perusahaan seperti Sido Muncul dan Deltomed telah berinvestasi besar dalam penelitian dan uji klinis untuk membuktikan khasiat dan keamanan produk mereka. 

Hal ini menjadi kunci kepercayaan konsumen, baik di dalam negeri maupun saat merambah pasar global. Dukungan dari selebritas dan kampanye digital yang masif juga turut memperkuat citra jamu sebagai bagian dari hidup sehat yang modern.

Dukungan pemerintah, dengan membangun pusat informasi jamu dan menyusun roadmap pengembangan jamu, semakin memperkuat fondasi industri ini. Inisiatif seperti penyusunan RUU Jamu menunjukkan keseriusan dalam memberikan payung hukum yang jelas. 

Dengan demikian, jamu tidak hanya sekadar minuman tradisional, tetapi telah bertransformasi menjadi Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang dibanggakan. Jamu dinilai siap bersaing di kancah regional ASEAN dan global, menjadi identitas di negeri sendiri, dan sekaligus mewujudkan kemakmuran bangsa melalui warisan budayanya yang tak ternilai.

Dibuat oleh Good News From Indonesia
Logo GNFI

Editor

Dimas Wahyu Indrajaya

Penulis

Aulli Reza Atmam, Dimas Wahyu Indrajaya, Firdarainy Nuril Izzah, Irfan Jumadil Aslam, Muhammad Fazer Mileneo

Desain & Visual

Arco Pradipta & Ario Priagung Nugroho

Web Developer

Danar Widi Utomo & Fika Nur Aini

Diterbitkan pada24 September 2025