
Manis Bisnis Es Krim di Indonesia
Es krim menjadi makanan yang cukup populer di Indonesia. Hingga saat ini, menu dessert dengan sensasi manis itu masih tetap menjadi favorit berbagai kalangan. Kelezatannya menggoyang lidah yang biasa disajikan dalam berbagai varian rasa seperti coklat, vanila atau stroberi.
Panganan es krim sendiri dibawa pendatang Eropa pada zaman kolonialisme Belanda sekitar abad awal abad ke-20. Dibukanya peternakan sapi perah di beberapa daerah sejuk di Indonesia contohnya Bogor, Bandung, dan Malang turut berperan menghadirkan si dingin nan manis ini di meja penikmatnya.
Produksi susu dari daerah sejuk itu kemudian dikirim ke resto yang menyajikan kuliner es krim. Susu yang diolah kemudian disajikan kepada pengunjung yang biasanya datang dari kalangan atas sahaja.
Seiring waktu, orang-orang Indonesia mempelajari pembuatan es krimnya sendiri. Ketika susu masih menjadi produk makanan eksklusif dan mahal harganya, maka santan pun dipakai untuk membuat es krim ala nusantara yang tak kalah nendang rasanya.
Es Krim Masuk ke Indonesia
Panganan es krim sendiri dibawa pendatang Eropa pada zaman kolonialisme Belanda sekitar abad awal abad ke-20.


Dibukanya peternakan sapi perah di beberapa daerah sejuk di Indonesia contohnya Bogor, Bandung, dan Malang turut berperan menghadirkan si dingin nan manis ini di meja penikmatnya.

Kedai Es Krim Jadul
Popularitas es krim tak pernah lekang oleh zaman. Yang muda sampai tua, balita hingga lansia, siapa yang bisa menolak kelezatan kudapan satu ini?
Di balik maraknya gerai es krim modern di berbagai sudut kota, terselip kedai-kedai es krim legendaris yang sudah berdiri puluhan tahun. Bukan sekadar tempat untuk membeli es krim, toko-toko ini juga menjadi tempat untuk ‘menjaga’ rasa, memori, dan sejarah.
Interior khas bergaya tempo dulu sampai rasanya yang autentik menjadikan kedai-kedai ini masih eksis hingga sekarang. Sangat cocok bagi siapa saja yang ingin merasakan suasana dan bernostalgia masa lalu.
Berikut adalah toko-toko es krim jadul yang masih kokoh berdiri hingga saat ini:

Ragusa
Terletak di bilangan Gambir, Jakarta Pusat. Kedai es krim Ragusa dikenal sebagai salah satu es krim tertua di Jakarta karena sudah berdiri sejak 1932.
Menu andalannya ialah Es Krim Spageti yang pernah masuk dalam jajaran "100 Most Iconic Ice Creams" TasteAtlas.

1. Ragusa
Bukan rahasia lagi kalau ibu kota memiliki segudang peninggalan bersejarah sejak zaman Belanda, salah satunya kedai es krim jadul. Adalah Ragusa, kedai es krim tertua di Jakarta yang sudah berdiri sejak 1932.
Dijelaskan dalam artikel Majalah Sketsa 28 berjudul “Ragusa Kedai Es Krim Cita Rasa Tempo Dulu”, Luigie Ragusa dan Vincenco Ragusa, merupakan dua sosok di balik berdirinya toko es krim bercita rasa Batalia (Batavia-Italia) di Jakarta. Mereka datang ke Indonesia di tahun 1930-an. Dua bersaudara berkebangsaan Italia ini awalnya ingin belajar menjahit di daerah Jakarta Pusat.
Namun, entah bagaimana, mereka kemudian membuat es krim dengan rasa manis dan tekstur lembut yang sukses membius pecinta es krim di kawasan itu. Sejak saat itu, keduanya banting setir dari penjahit menjadi pembuat es krim.
Ragusa membuka kedai es krim pertamanya pada 1932 di Pasar Gambir. Sayangnya, saat itu mereka hanya bertahan satu tahun.
Beberapa tahun berselang, tepat pada 1947, duo Ragusa membuka kedai es krim di Jalan Veteran I, Jakarta Pusat. Lokasinya berdekatan dengan Masjid Istiqlal.
Ragusa pernah memiliki 20 kedai yang tersebar di seluruh Jakarta pada zamannya. Namun, akibat kerusuhan 1998, banyak kedai yang tutup.
Kini, Ragusa menjelma menjadi kedai es krim legendaris di jantung Jakarta. Demi mempertahankan konsistensi rasa, mesin yang dipakai masih sama dengan mesin es krim yang dipakai pertama kali. Jika ada kerusakan, maka akan diperbaiki sendiri karena spare part-nya sudah tidak dijual.
Ragusa juga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai toko es krim tertua yang masih buka hingga sekarang.

Zangrandi
Kedai es krim Zangrandi terletak di Surabaya dan telah eksis sejak 1930. Sudah berusia lebih dari satu abad, Zangrandi tetap mempertahankan rasa otentik es krimnya.
Avocadocano menjadi salah satu menu andalan di kedai es krim kebanggan kota pahlawan tersebut.

2. Zangrandi
Di Kota Pahlawan juga ada kedai es krim jadul yang sudah berdiri sejak 1930. Kedai itu bernama Retano Zangrandi Ijspaleis—lumrah disebut Zangrandi.
Kedai es krim satu ini berdiri pertama kali di Jalan Tunjungan 55 dengan nama Ijspaleisje Tutti Frutti. Saat ini, Zangrandi masih berdiri menyapa masyarakat Surabaya di Jalan Yos Sudarso No.15.
Awal mula berdirinya gerai es krim ini tak lepas dari keluarga asal Italia, Roberto Zangrandi. Berkat tangan lihai sang istri, terciptalah resep es krim lezat yang digemari masyarakat.
Akan tetapi, keluarga Zangrandi kembali ke Italia pada tahun 1960. Lalu, kedainya dibeli oleh Aditanumulia, sahabat Zangrandi. Sejak saat itu, namanya berganti menjadi Graha Es Krim Zangrandi.
Meskipun sudah berdiri selama hampir satu abad, Zangrandi tetap mempertahankan resep asli. Tak hanya itu, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya menyebutkan, saat ini Kedai Zangrandi merupakan cagar budaya Kota Surabaya yang sudah ditetapkan sejak 2009 lalu.
Saking legendarisnya, Zangrandi dan Ragusa beberapa kali masuk ke dalam daftar 100 Most Iconic Ice Creams in the World versi TasteAtlas. Dua kedai jadul ini bersanding dengan puluhan kedai es krim terkemuka di seluruh dunia.

Baltic
Tidak jauh dari Ragusa, ada kedai es krim Baltic di Jakarta tepatnya dekat Simpang Senen, Kwitang.
Es krim bikinan Baltic menyesuaikan zaman karena banyak varian rasa favorit gen Z seperti green tea dan peppermint tea.
Menariknya, Baltic juga mendistribusikan es krimnya di Depok, Tangerang, Bekasi, hingga sebagian wilayah Bogor.
3. Baltic
Baltic didirikan oleh Mulya Santosa pada 1939, beberapa tahun setelah Ragusa berdiri. Sebelumnya, kedai ini bernama Aric.
Uniknya, nama ‘Baltic’ sengaja diambil seperti nama di kawasan di utara Eropa yang dingin. Pemberian nama ini memang dibuat agar memberi kesan dingin.
Kedai sekaligus pabrik es krim Baltic berada di Jalan Kramat Raya No.12, Jakarta Pusat. Baltic tidak hanya menjual es krim yang ‘umum’, melainkan mengemasnya dengan berbagai bentuk atau desain lucu.
Salah satunya yang dijual adalah tart es krim yang sempurna untuk merayakan ulang tahun. Toko ini juga menjual es krim dengan berbagai rasa, mulai dari cokelat, vanilla, sampai rasa-rasa favorit GenZ, seperti green tea dan peppermint tea.
Hingga kini, es krim Baltic hanya dibuat dengan bahan alami, tanpa essence. Menariknya, Baltic tidak hanya dijual di area Jakarta saja, tetapi juga di Depok, Tangerang, Bekasi, hingga sebagian wilayah Bogor.

Tjanang
Gerai es krim Tjanang berdiri sejak 1950-an di Jakarta. Dulu, Tjanang menjadi salah satu lokasi langganan Presiden Sukarno untuk menikmati hidangan ringan.
Es krim Tjanang pernah tersaji di meja tamu-tamu negara karena pemerintah pernah memesannya untuk hajatan istimewa, salah satunya GANEFO 1963.
4. Tjanang
Gerai es krim legendaris selanjutnya adalah Tjanang yang berdiri sejak 1950-an. Terletak di Jakarta, Dulunya, kedai ini bernama Tjan Njan. Namanya diubah karena aturan pemerintah Indonesia yang sempat melarang penggunaan nama yang berbau Tionghoa.
Seperti halnya kedai es krim jadul lainnya, Tjanang tetap mempertahankan cita rasa tempo dulunya. Es krim ini memiliki ciri khas tekstur sorbet.
Dulu, Tjanang menjadi salah satu lokasi langganan Presiden Sukarno untuk menikmati hidangan ringan. Bahkan, kedai ini juga menerima pesanan istimewa untuk sajian kenegaraan, salah satunya di ajang Ganefo 1963.
Bersama dengan Ragusa dan Baltic, Tjanang merupakan salah satu kedai es krim tua yang masih ada hingga sekarang di Jakarta. Tjanang berada di dalam lobby Hotel Cikini.

Oen
Toko Oen adalah restoran keluarga terkemuka di zamannya yang menyajikan hidangan khas Eropa dan Indonesia. Tempat legend ini didirikan oleh Liem Gien Nio-Oma Oen. Oen memiliki empat cabang, yakni Semarang, Malang, Jakarta, dan Surabaya. Namun, yang masih bertahan hingga saat ini adalah Semarang dan Malang. Selain kue-kuean, mereka juga menyajikan es krim sundae yang khas.
5. Oen
Toko Oen merupakan restoran keluarga terkemuka di zamannya yang menyajikan hidangan khas Eropa dan Indonesia. Tempat legend ini didirikan oleh Liem Gien Nio—Oma Oen.
Lokasi toko pertamanya ada di Yogyakarta. Oma Oen awalnya hanya membuat kue-kuean di tahun 1910. Kemudian, pada 1922, bisnis ini meluas dan mulai memproduksi es krim.
Oen memiliki empat cabang, yakni Semarang, Malang, Jakarta, dan Surabaya. Namun, yang masih bertahan hingga saat ini adalah Semarang dan Malang.
Kawan, gerai di Semarang merupakan gerai pindahan dari Yogyakarta. Pemindahan ini dilakukan pada 1936 dan masih eksis sampai sekarang.
Namun, ada cerita yang cukup rumit terkait Toko Oen di Malang. Bangunannya sempat mengalami masalah perizinan dan merek toko. Sejak 1990, aset bangunan Oen di Malang sudah dijual dan berpindah tangan.
Kedua bangunan Oen juga merupakan cagar budaya yang dilindungi. Artinya, nama dan bentuk asli tidak dapat diubah sesuai dengan aturan yang ada.
Es Krim ala Indonesia, Kelezatan dalam Keterbatasan
Es krim sejak awal diperkenalkan tidak lepas dari bahan utamanya yaitu susu. Dari bahan yang mengandung lemak inilah tekstur lembut tercipta untuk memanjakan lidah penikmatnya.
Semakin segar susu, maka semakin bagus pula hasil olahannya menjadi es krim berkualitas. Namun, susu segar tidaklah murah, setidaknya untuk kalangan wong cilik Indonesia yang ingin mencari cuan untuk berbisnis es krim kecil-kecilan. Maka dari itu inovasi dilakukan dengan cara mensubtitusi susu dengan bahan yang lain salah satunya santan.
Selain bahan dasar yang lebih murah, kemasan dan gimik-gimik lain juga dipakai penjual es krim. Hal ini dirasa perlu dilakukan agar menarik konsumen yang rata-rata dari anak-anak. Jadi jangan heran, es krim dengan tampilan warna-warni serta dibungkus kertas kado hadir dalam hidup masyarakat Indonesia.
Ada banyak es krim ala Indonesia dengan berbagai varian rasa dan tekstur beragam. Dari sekian banyaknya, Good News From Indonesia merangkum empat saja. Berikut daftanya:
Es Krim Tradisional
Ketika susu mahal, santan atau bahan lainnya pun jadi. Dari situ maka jadilah es krim tradisional yang tak kalah nikmatnya memanjakan lidah dan badan kala hawa panas menyerang.
1.

Es Tung-tung atau Es Puter
Es berbahan dasar santan ini penamaannya diambil dari gong mini yang dibawa si penjual. Biasanya potongan buah nangka dimasukkan ke dalamnya dan disajikan dengan kerucut (cone) renyah atau roti tawar.

2.
Es Kado
Sesuai namanya, es ini dibalut kertas kado plastik tipis dengan motif khas. Rasa esnya bisa dibilang sama dengan es tradisional pada umumnya, tapi tampilan kadonya yang menarik adalah senjata utama menarik perhatian anak-anak.
3.

Es Gabus
Anak-anak generasi 90-an biasanya mengenal es unik satu ini. Biasanya, es gabus berbentuk persegi dan berwarna seperti pelangi. Bahan utama pembuatannya ialah tepung kunhue dan terkadang disajikan dengan topping kental manis cair.
4.

Es Goyang
Es goyang biasanya dibuat ditempat dengan gerobak yang digoyang-goyangkan penjualnya. Berbahan dasar tepung kacang hijau dan tepung jagung, es ini memiliki banyak varian rasa dan topping yang bisa dirikues sendiri oleh penikmatnya.
Es Tung-tung (Es Puter)
Es berbahan dasar santan ini penamaannya diambil dari gong mini yang dibawa si penjual. Biasanya potongan buah nangka dimasukkan ke dalamnya dan disajikan dengan kerucut (cone) renyah atau roti tawar.
Es Kado
Sesuai namanya, es ini dibalut kertas kado plastik tipis dengan motif khas. Rasa esnya bisa dibilang sama dengan es tradisional pada umumnya, tapi tampilan kadonya yang menarik adalah senjata utama menarik perhatian anak-anak.
Es Gabus
Anak-anak generasi 90-an biasanya mengenal es unik satu ini. Biasanya, es gabus berbentuk persegi dan berwarna seperti pelangi. Bahan utama pembuatannya ialah tepung kunhue dan terkadang disajikan dengan topping kental manis cair.
Es Goyang
Es goyang biasanya dibuat di tempat dengan gerobak yang digoyang-goyangkan penjualnya. Berbahan dasar tepung kacang hijau dan tepung jagung, es ini memiliki banyak varian rasa dan topping yang bisa dirikues sendiri oleh penikmatnya.
Ice Cream War! Persaingan Produk Lokal Vs Impor
Bukan cuma rasa es krim yang manis. Tampaknya, pangsa pasarnya pun demikian. Sejak dulu, beragam perusahaan berlomba-lomba memasarkan produk es krimnya kepada masyarakat Indonesia.
Di tengah perlombaan itu, bisa dibilang Wall's ada di posisi terdepan. Bahkan, Wall's sangat menguasai pasar es krim Indonesia. Dari sekian banyak es krim yang dijual, sebagian besarnya menyandang merek Wall's.
Data membuktikan, es krim Wall's memang begitu beken. Sebuah survei dari tSurvey bertajuk "Perilaku Konsumen Gen X di Masa Tak Menentu" menyajikan gambaran menarik tentang pasar es krim di Indonesia. Hasil survei menunjukkan adanya ketimpangan yang signifikan di antara berbagai merek yang bersaing.
Survei ini mencakup 1000 responden dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan fokus pada rentang usia muda. Nah, dari jawaban para responden tersebut, diketahui jika dominasi pasar es krim dipegang oleh satu merek, sementara merek lainnya tertinggal jauh di belakang.
Ice Cream
War!
Persaingan Produk Lokal Vs Impor
Produk es krim lokal ternyata belum mampu menggoyahkan posisi es krim keluaran perusahaan dari luar negeri yang sudah begitu kuat menancap bisnisnya di Indonesia sejak lama.

Meskipun begitu, sejumlah jenama lokal tetap bertahan di panasnya berebut pelanggan lewat makanan dingin ini, di antaranya ialah Campina, Diamond, dan sang legenda Woody.

Merek itu adalah Wall's
Lebih dari separuh responden atau tepatnya 52% mengakui Walls sebagai merek es krim favorit mereka, mengukuhkannya di posisi teratas. Jarak yang cukup jauh memisahkan Walls dari pesaing terdekatnya, Aice. Merek asal Singapura yang didirikan pada November 2014 ini berada di posisi kedua dengan persentase 26%.
Di bawah dua merek teratas, persaingan semakin ketat. Glico Wings dan Campina berada di posisi yang sama, masing-masing meraih 7% suara responden. Sementara itu, Haagen-Dazs menempati posisi selanjutnya dengan 4%, dan sisanya sebanyak 3% memilih merek lain.
Apabila diperhatikan lebih seksama, ada satu fakta menarik dari hasil survei tSurvey. Produk es krim lokal ternyata belum mampu menggoyahkan posisi es krim keluaran perusahaan dari luar negeri yang sudah begitu kuat.
Wall's adalah merek yang bernaung di bawah Unilever, perusahaan asal Inggris-Belanda. Produk es krimnya sangat mudah ditemui di pasaran, mulai dari warung pinggir jalan hingga pusat perbelanjaan. Kawan mungkin tidak asing dengan es krim Cornetto, Magnum, atau Vienetta. Itu semua adalah adalah beberapa es krim dari merek Wall's yang dapat ditemui.
Aice dan Glico Wings yang menempati posisi di bawah Wall's sebagai es krim favorit masyarakat Indonesia pun berasal dari luar negeri. Aice adalah perusahaan dari Singapura yang mulai memasuki pasar es krim negeri ini sejak 2014. Sementara itu, Glico Wings bisa disebut sebagai perusahaan "blasteran". Sebab, Glico Wings berdiri sebagai gabungan dari perusahan asal Jepang, Ezaki Glico Co., Ltd. dan PT Wings Group (Indonesia).
Campina adalah perusahaan es krim dari Surabaya. Eksis sejak 1972, Campina punya beragam produk yang biasa bersanding dengan produk-produk perusahaan lainnya di toko yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia.
Selain Campina, sebetulnya masih ada lagi sederet merek es krim lokal yang tak ketinggalan bersaing di pasaran. Kawan tentu pernah mendengar nama Diamond dan Woody. Merek pertama biasanya jadi primadona saat masyarakat mencari es krim dalam kemasan wadah boks. Di sisi lain, Woody yang pernah Berjaya masa lampau kini eksistensinya seakan samar. Masih ada dan menjual produk, namun sangat terbatas dan tak mudah didapat.
Manis Bisnis Es Krim Terkini
Pendapatan di bidang kuliner, khususnya es krim, di kancah global diproyeksikan tumbuh positif. Meskipun kesadaran akan kesehatan masyarakat meningkat, permintaan akan es krim tidak menunjukkan penurunan. Justru, trennya bergeser: masyarakat mencari es krim yang lebih sehat dan lebih alami, hingga rasa yang lebih nikmat dan premium.
Menurut data Statista, pendapatan di pasar Es Krim mencapai US$109,24 miliar pada tahun 2025. Pasar ini diperkirakan tumbuh sebesar 5,54% setiap tahunnya hingga 2030 nanti.

Proyeksi
Es Krim di
Indonesia
Menurut laporan Research and Markets (2025), nilai pasar es krim Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai
US$1,015
miliar
(sekitar Rp16 triliun).
Angka itu diproyeksikan melonjak menjadi US$1,628 miliar pada 2033, dengan laju pertumbuhan rata-rata (CAGR) sekitar
5,4% per tahun.
per tahun.

Artinya, dalam waktu kurang dari 10 tahun, pasar es krim Indonesia bisa membesar hampir dua kali lipat.
Jenis es krim ini pun beragam, di antaranya:
Es krim keras, yang jamak ditemui di pasaran, seperti scoop;
Sajian lembut, seperti es krim cone yang mudah leleh;
Gelato, granita;
Krim salju/snow cream;
Sorbet, serbat;
Yogurt beku, puding, susu es;
Sandwich es krim, es krim batangan, kue es krim, es krim cup, push-up pops;
Mochi ice cream, dondurma, paletas; serta
Es krim rendah lemak, es krim tanpa tambahan gula, es krim bebas laktosa
Memang, dalam perbandingan global, sebagian besar pendapatan es krim masih dikuasai China. Hal ini dibuktikan besarnya merek Mixue yang telah menguasai berbagai negara, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, Indonesia pun cukup potensial untuk mendongkrak penjualan di sektor ini. Sebab, jumlah produksi es krim di Indonesia dari segi industri maupun UMKM cukup tinggi. Sedangkan, angka yang dihasilkan Statista hanya terbatas pada produk yang diproduksi secara industri.
Sebut saja merek Momoyo dan Campina (Surabaya) yang juga telah memiliki nama di negeri sendiri. Momoyo bahkan telah ekspansi ke Filipina dan Malaysia.
Memang, kedua negara tersebut menjadi pasar yang cukup potensial untuk komoditas dagang berupa es krim. Data dari BPS menunjukkan, volume ekspor es krim dari Indonesia sebanyak 34.468,4 ton pada 2022, mayoritas diekspor ke Filipina dengan nilai US$39,44 juta dan juga Malaysia senilai US$11,3 juta.
Minat Es Krim di Indonesia
Faktor alam turut menjadi pendukung tingginya permintaan es krim di Indonesia. Iklim tropis, cuaca hangat sepanjang tahun, dan tingkat kelembapan yang tinggi, membuat permintaan dessert, termasuk es krim cukup besar.
Jika dulu es krim diasosiasikan dengan makanan kesukaan anak-anak, data justru menunjukkan hal unik. Hasil survei Statista pada 2022 dengan melibatkan 2093 responden, menunjukkan bahwa banyak kalangan usia 18‒29 tahun yang masih suka mengonsumsi es krim. Persentasenya mencapai 38%.
Dan menariknya lagi, 59% total responden pencinta es krim memiliki latar belakang pendidikan sarjana. Wanita mendominasi konsumsi es krim, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga skala global. Dari seluruh responden, persentasenya sebesar 53% atau 1.235 orang dari total responden adalah wanita.
Proyeksi Es Krim di Indonesia
Menurut laporan Research and Markets (2025), nilai pasar es krim Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai US$1,015 miliar (sekitar Rp16 triliun). Angka itu diproyeksikan melonjak menjadi US$1,628 miliar pada 2033, dengan laju pertumbuhan rata-rata (CAGR) sekitar 5,4% per tahun.
Artinya, dalam waktu kurang dari 10 tahun, pasar es krim Indonesia bisa membesar hampir dua kali lipat.
Memang, hingga saat ini, penjualan terbanyak kategori es krim di Indonesia masih dikuasai merek dari Eropa. Akan tetapi, Campina juga tengah menggarisbawahi inovasi portofolio dalam laporan tahunan 2024 (rilis April 2025), sehingga diharapkan merek lokal ini bisa melesat.
Angka ekspor produk es krim juga menunjukkan tren positif. Jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor es krim Indonesia mencapai US$66,78 juta atau setara Rp994,4 miliar (kurs Rp14.890/US$) pada 2022.
Nilai tersebut mengalami kenaikan sebesar 85,98% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$35,9 juta atau Rp534,7 miliar.
Jadi Sweet Diplomacy
Es krim di masa depan dilihat tidak hanya menjadi sebuah produk unggulan dari suatu negara. Tetapi bisa merambah menjadi sebuah brand yang merepresentasikan wajah negara itu sendiri.
Hal ini bisa dilihat dari perkembangan merek es krim asal Tiongkok, Mixue yang dalam beberapa tahun mendominasi pasar di Asia Tenggara. Ada sekitar 1.000 gerai mixue di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Filipina, Thailand, dan Indonesia.
Harga produk Mixue yang terjangkau menjadi daya tarik bagi konsumen. Biaya produksi yang rendah ini karena Mixue bekerja sama dengan ekosistem rantai pasokan terpusat di Tiongkok, seperti Henan Daka Food Co dan Shangdao Intelligent Chain Co Ltd.
Mixue memiliki potensi untuk membantu mempromosikan citra nasional Tiongkok yang positif di Indonesia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan pengetahuan publik tentang asal sebuah merek dapat secara positif mempengaruhi citra sebuah negara.
Hal ini sama dengan merk IKEA yang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap citra positif Swedia, bahkan lebih besar kepada pemerintahnya. Hal yang sama terjadi kepada minuman energi Red Bull kepada Austria.
“Popularitas Mixue dapat diartikan sebagai bagian dari strategi soft power Tiongkok. Kehadiran minuman manis ala China ini telah berhasil meredam beberapa persepsi negatif terhadap China dan etnis China di Indonesia, sehingga meningkatkan penerimaan terhadap produk-produk China,” tulis Diandra Paramitha dalam ulasannya di GNFI.