Table of Content
Logo GNFI

Wajah Mandalika Masa Kini:
Jadi Primadona Wisata Olahraga, Ekonomi Semakin Menyala

Motorcycle racing at Mandalika Circuit
Mandalika MotoGP track

Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, begitu ramai pada Jumat hingga Minggu (3-5/10/2025). Desa di pantai selatan Pulau Lombok tempat di mana kawasan Mandalika berada itu didatangi banyak orang demi satu hal yang sama: MotoGP.

Di sana, berdiri megah sebuah sirkuit balap kelas dunia yang menjadi saksi aksi para pebalap top seperti Marc Marquez, Fabio Quartararo, dan Joan Mir. Momen-momen mencengangkan pun tercipta saat mereka berlomba memacu motornya demi jadi yang tercepat. Pebalap yang telah mengunci gelar juara dunia MotoGP 2025, Marquez, gagal finish setelah bersenggolan dengan Marco Bezzecchi hingga terjatuh. Pebalap rookie yang baru berusia 20 tahun, Fermin Aldeguer, tampil mendominasi tanpa bisa disaingi para seniornya hingga keluar sebagai pemenang.

Puluhan tahun yang lalu, mungkin tak pernah terbayangkan oleh masyarakat Kuta, Lombok, NTB, atau bahkan Indonesia bahwa MotoGP akan tersaji di Mandalika. Namun, inilah kenyataannya. Kawasan itu menjelma menjadi primadona wisata dan tuan rumah event internasional yang kemudian membawa dampak positif bagi masyarakatnya.

Mandalika dan Pariwisatanya yang Semakin Bergairah

Ramainya Mandalika tentu tidak serta-merta terjadi begitu saja. Ada proses panjang di belakangnya yang menyulap wajah kawasan tersebut menjadi primadona wisata seperti sekarang.

Sejak dulu kala, pariwisata memang sudah hidup di sana. Jika Kawan melihat sejarah, Geliat pariwisata Lombok diawali dengan hadirnya Wisma Soedjono pada tahun 1920-an yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan akomodasi wisatawan. Letaknya yang berada di sisi selatan Gunung Rinjani dekat dengan pos pendakian membuatnya cepat dikenal di kalangan wisatawan. Potensi wisata alamnya yang meliputi laut, gunung, dan hutan begitu menggoda. Belum lagi seni dan budaya masyarakat Lombok juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Wisatawan juga sudah mengenal mengunjungi gugusan pulau kecil di Lombok Barat yang saat ini dikenal dengan Tiga Gili yaitu Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Selanjutnya, Pemerintah Provinsi NTB mulai melihat potensi yang dimiliki serta mulai mengembangkan pariwisata. Dari tahun ke tahun, pariwisata di Lombok semakin berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari terus meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.

Kendati demikian, hingga memasuki era 2000-an, pariwisata Lombok bisa dibilang benar-benar diandalkan NTB untuk menggerakan ekonominya. Sebagai gambaran, ekonomi NTB masih bertumpu kepada sektor riil seperti pertambangan, pertanian, dan perikanan. Ketika produksi mengalami penurunan, niscaya ekonomi NTB ikut melorot.

Lompatan besar pariwisata NTB kemudian terjadi pada 2015 saat pemerintah meluncurkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Mandalika di Lombok Tengah. KEK Mandalika merupakan kawasan ekonomi khusus untuk pariwisata dengan luas 1.035 hektar yang dikembangkan serta dikelola oleh PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia (PPI) Persero atau Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pengembangan kawasan pariwisata.

Penetapan Mandalika sebagai KEK jelas angin segar bagi NTB. Bagaimana tidak, di bawah naungan ITDC yang pada kemudian hari menjadi bagian dari PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) alias Injourney, peluang untuk menggenjot pengembangan pariwisata demi menopang perekonomian NTB terbuka lebar. Apalagi, Mandalika juga merupakan ikon pariwisata Lombok telah dijadikan salah satu destinasi super prioritas oleh pemerintah.

Sebagai wilayah yang penuh potensi wisata, tak heran apabila KEK Mandalika dimanfaatkan sebagai penggerak ekonomi bagi masyarakat NTB, khususnya yang berada di sekitar Lombok Tengah. KEK Mandalika diproyeksikan menarik investasi sebesar Rp 28,63 triliun pada 2030 dan menyerap tenaga kerja sebanyak 587 ribu hingga 2025.

Transformasi Mandalika:
Setitik Surga yang Jadi Primadona Wisata Indonesia

Sejak era kolonial Belanda, Pulau Lombok tempat Mandalika berada sudah menjadi destinasi wisata.

Land of Lombok

Geliat pariwisatanya semakin bergairah sejak pemerintah meluncurkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Mandalika di Lombok Tengah.

Sun
Scenery

Dikembangkan
& dikelola oleh Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC)

Diluncurkan
12 Desember 2015

Memiliki luas
1.035 hektar

Ocean

Investasi sebesar

Rp 28,63 triliun

pada 2030 diproyeksikan akan ditarik oleh KEK Mandalika

Sebanyak

587 ribu

tenaga kerja diproyeksikan akan diserap hingga 2025

Untuk itulah, ITDC selaku pengelola KEK Mandalika senantiasa bergerak aktif dalam upaya pemgembangan infrastruktur penting di sana. Mulai dari hotel, tempat ibadah, sentra UMKM, dan tak ketinggalan jaringan listrik serta telekomunikasi, semua dibangun demi kenyamanan wisatawan dengan tetap mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan orientasi pada kelestarian dan kualitas hidup yang ada di masyarakat.

ITDC tidak sendirian. Dalam perjalanan transformasi Mandalika, berbagai pihak dari dalam maupun luar negeri turut digandeng. Mereka di antaranya Vinci Construction Grands Projets (VCGP), anak usaha perusahaan berskala global asal Prancis Vinci, yang menjadi investor pembangunan di Mandalika. Kemudian ada pula Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang membantu biaya pembangunan infrastruktur pariwisata di KEK Mandalika lewat Program Mandalika Urban & Tourism Infrastructure Project (MUTIP).

Dengan itu semua, Mandalika bersalin rupa. Dengan wajah yang jauh lebih kinclong dan mentereng dibandingkan dulu, kini Mandalika selalu siap menerima wisatawan dari berbagai penjuru dunia lewat keindahan alam dan budaya, fasilitas yang mumpuni, dan tentunya gelaran event-event bergengsi.

Sirkuit dan MotoGP yang Mengubah Wajah Mandalika

Bukan sekadar wisata alam yang membius mata, Mandalika kini menjelma menjadi kawasan wisata olahraga (sport tourism) yang kian dikenal dunia. Apa hal utama yang membuatnya demikian? Jawabannya tak sulit diterka: Sirkuit balap dan MotoGP.

Ya, tak bisa dipungkiri sirkuit balap adalah daya tarik utama Mandalika. Dengan sirkuit ini, Indonesia masuk ke dalam peta balap motor papan atas dunia.. Maklum saja, sirkuit di Indonesia yang layak digunakan untuk menggelar balapan kelas wahid seperti MotoGP memang hanya ada Mandalika.

Nama resminya adalah Pertamina Mandalika International Circuit. Hanya saja, publik lebih mengenalnya dengan nama panggilan yang lebih sederhana: Sirkuit Mandalika. Beda dari sirkuit di negara-negara lain, Sirkuit Mandalika dikenal punya pemandangan alam berupa tepian pantai dengan latar belakang bukit hijau yang begitu cantik. Meski demikian, bukan berarti pula sirkuit ini mudah ditaklukkan. Jalurnya yang membentang sepanjang 4,301 km dengan lurusan terpanjang mencapai 723 meter plus 17 tikungan memberi tantangan tersendiri bagi para pebalap yang beraksi di sana.

Pertamina Mandalika
International Circuit

Arena balap berkelas dunia yang mengubah wajah Mandalika secara drastis

Flag

12 November 2021

Map

Desa Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

SircuitMotorBayangan
Mandalika Track

4,31 km

Panjang lintasan

Straight Mandalika Track

723 m

Panjang trek lurus

Straight Mandalika Track

15 m

Lebar sirkuit

Straight Mandalika Track

17 tikungan

11 ke kanan & 6 ke kiri

“The Mandalika adalah salah satu sirkuit terindah di dunia. Kami percaya ajang ini akan menghadirkan balapan spektakuler bagi para penggemar,” ujar CEO Dorna Sports, Carlos Ezpeleta.

Tahun 2022 agaknya adalah tahun yang penuh sejarah bagi Indonesia. Setelah Sirkuit Mandalika diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat, (12/11/2021) dan sempat lebih dulu digunakan untuk sejumlah event, pada tahun tersebut MotoGP yang merupakan ajang balap motor paling bergengsi di dunia itu akhirnya resmi melakukan debut perdananya di Sirkuit Mandalika.

Saat itu, MotoGP pertama di Sirkuit Mandalika digelar pada Jumat hingga Minggu (18-20/3/2022). Sementara itu, helatan event penuhnya dilakukan selama satu pekan sejak Kamis hingga Rabu (17-23/3/2022). Pebalap dari tim KTM, Miguel Oliveira, tampil sebagai yang tercepat sekaligus pencetak sejarah sebagai pemenang pertama MotoGP di Sirkuit Mandalika.

Respons publik terhadap MotoGP pertama di Sirkuit Mandalika sungguh luar biasa. Jumlah penontonnya mencapai 102.801 orang. Selama sepekan, Bandara Lombok melayani lebih dari 75 ribu penumpang atau rata-rata ada 10.800 penumpang per hari. Jauh di atas hari-hari biasanya.

Dampak ‘meledaknya’ penonton pun langsung terasa. Penginapan penuh, pun bisnis lainnya yang dijalankan masyarakat seakan tak pernah sepi pembeli. Tak diragukan lagi, Sirkuit Mandalika menghadirkan berkah bagi warga sekitar. Banyaknya tamu dari dalam dan luar negeri membuat pelaku usaha mampu meraup keuntungan yang fantastis.

Menariknya, perputaran ekonomi yang pesat ini bahkan sudah berlangsung sebelum sirkuit selesai dibangun. Saat proses pembangunan berlangsung saja, penginapan dan warung milik warga selalu ramai oleh pekerja. Geliat ekonomi pun terus bergerak hingga kemudian MotoGP diselenggarakan untuk yang keempat kalinya tahun ini, memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat.

Mandalika Jadi Primadona, Lombok Ditata

Keberadaan Sirkuit Mandalika adalah perubahan yang jauh lebih masif dari sekadar pembangunan sebuah fasilitas balap motor kelas dunia. Mandalika tidak hanya bertransformasi menjadi sebuah destinasi wisata global, tetapi juga memicu gelombang pembenahan infrastruktur dan kebangkitan budaya di seluruh penjuru NTB.

Setelah adanya sirkuit dengan gelaran MotoGP-nya yang fenomenal itu, datanglah perubahan menyeluruh yang menjangkau daerah-daerah yang secara geografis berada di luar perimeter sirkuit. Sederhananya: Seantero Pulau Lombok berbenah lewat berbagai pembangunan.

Salah satu dampak paling nyata dari pengembangan Mandalika adalah percepatan pembenahan infrastruktur pendukung, terutama Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Untuk menyambut event bergengsi seperti MotoGP, PT Angkasa Pura Indonesia menanamkan investasi besar-besaran dengan memperpanjang landasan pacu (runway) dari 2.750 meter menjadi 3.300 meter. Proyek senilai Rp500 miliar ini bukan sekadar persiapan untuk menerima tamu event, melainkan sebuah lompatan strategis untuk membuka Lombok ke dunia.

Dengan landasan yang diperpanjang, bandara kini mampu menampung pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777, yang memungkinkan penerbangan langsung tanpa henti (non-stop) dari Lombok ke pusat-pusat pariwisata dan bisnis di Eropa, Timur Tengah, sampai Asia Timur.  Ini mengubah peran bandara dari sekadar pintu masuk regional menjadi hub internasional potensial yang dapat mendongkrak ekspor dan kunjungan wisatawan mancanegara secara signifikan.

Tidak kalah pentingnya adalah penataan koridor jalan yang menghubungkan bandara dengan kawasan Mandalika. Jalan Bypass Bandara Internasional Lombok (BIL)-Mandalika sepanjang 17,3 km jadi fokus perhatian langsung pemerintah. Dilakukanlah penghijauan dengan penanaman bougenville, tabebuya, dan ketapang kencana di sepanjang jalur yang tidak hanya memperindah perjalanan para tamu, tetapi sekaligus menciptakan kesan pertama yang memukau tentang keindahan Lombok.

Perlu ditekankan bahwa segala pembangunan pesat yang dilakukan setelahnya Sirkuit Mandalika tidak hanya ditujukan untuk kenyamanan wisatawan, akan tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal. Sebagai bentuk nyata pemerataan manfaat, pemerintah membangun 300 homestay di desa-desa sekitar Mandalika. Langkah ini merupakan strategi cerdas untuk memastikan masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton, tetapi sebagai pelaku utama yang menikmati limpahan ekonomi.

Keberadaan homestay-homestay ini membantu wisatawan untuk mengalami kehidupan masyarakat lokal secara langsung. Ini tentu menguntungkan kedua belah pihak. Di satu sisi, wisatawan bisa menikmati kultur Lombok yang otentik secara, sementara masyarakatnya mendapat pundi-pundi pendapatan tambahan.

Bicara soal kultur Lombok, ada satu hal lagi yang menarik dari Mandalika di  tengah gemerlapnya MotoGP. Mandalika adalah panggung megah bagi kebangkitan dan pelestarian budaya Sasak. Selain event-event bernuansa modern seperti MotoGP yang tak ubahnya pameran mesin-mesin berteknologi supercanggih, acara budaya lokal tetap tidak terlupakan, bahkan tak ketinggalan dijadikan atraksi yang ditawarkan kepada wisatawan.

Contohnya adalah Festival Pesona Bau Nyale, ritual tradisional mencari cacing laut yang diyakini sebagai jelmaan Putri Mandalika. Acara tersebut telah bertransformasi menjadi event budaya berskala besar. Buktinya, pada puncak festival di Pantai Seger pada Februari 2025 lalu.  ribuan wisatawan dan masyarakat datang langsung untuk menyaksikan dan terlibat dalam ritual ini.

Rangkaian acara festival, yang mencakup tradisi Peresean (pertarungan ala Sasak) dan Karnaval Siyu Putri Mandalika yang melibatkan 1.000 perempuan mengenakan pakaian adat, tidak hanya mempertontonkan kekayaan budaya kepada dunia, tetapi juga membangkitkan kebanggaan dan identitas masyarakat lokal. Pada akhirnya, Keberhasilan Mandalika sebagai primadona wisata tidak diukur hanya dari suksesnya penyelenggaraan MotoGP, tetapi dari kemampuannya sebagai lokomotif yang menarik gerbong-gerbong pembangunan lain, tak hanya yang berwujud fisik namun juga nonfisik seperti pelestarian budaya.

“Festival Bau Nyale merupakan salah satu perayaan budaya terbesar di Lombok yang memiliki nilai historis mendalam bagi masyarakat Lombok. Lebih dari sekadar tradisi, festival ini juga menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata di The Mandalika.” kata PGS. General Manager The Mandalika, Wahyu M. Nugroho

Buah Perubahan di Mandalika: Ekonomi Bergerak, Masyarakat Berdaya

Seperti disinggung sebelumnya, transformasi Mandalika yang utamanya didorong keberadaan sirkuit balap memberikan dampak positif yang luas dalam berbagai aspek, salah satunya ekonomi. Mandalika yang secara ekonomi dulunya tak ubahnya desa-desa lain yang bergantung kepada sektor primer, kini lebih makmur dengan terbukanya peluang-peluang baru bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Bukan sekadar klaim, dampak positif ini bisa dilihat dalam berbagai hal, mulai dari pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, peningkatan kunjungan dan okupansi hotel, hingga aspek lainnya.

Untuk diketahui, MotoGP di Sirkuit Mandalika edisi 2025 berhasil menarik total 140.324 penonton di mana 67.905 di antaranya hadir pada hari puncak race. Sejak gelaran pertama tiga tahun silam, itulah jumlah penonton terbanyak. Dibandingkan dengan 2024 saja, lonjakannya mencapai 15,7%.

Tanda-tanda membludaknya penonton MotoGP sebetulnya sudah terbaca sejak menjelang balapan berlangsung. Tingkat okupansi hotel di kawasan The Mandalika mencapai 100% penuh, bahkan melebihi kapasitas tersedia. Penerbangan menuju Lombok pun laris manis hingga sejumlah maskapai sampai menambah jadwal hingga 44 penerbangan.

"Tahun ini menjadi penyelenggaraan terbaik, ditandai dengan okupansi hotel di kawasan Mandalika yang mencapai 100%, serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk menambah flights karena tingginya peminat," kata Direktur Utama InJourney, Maya Watono.

Hal yang lebih menggembirakan, perputaran roda ekonomi ini tidak hanya dirasakan sesaat menjelang hingga selesainya gelaran MotoGP, melainkan juga secara jangka panjang. Buktinya, data menunjukkan jika angka perjalanan wisatawan ke Lombok Tengah dan NTB naik tajam sejak adanya sirkuit.

Pada 2021 saat Sirkuit Mandalika belum diresmikan, jumlah perjalanan wisatawan ke Lombok Tengah adalah 338.29, sementara perjalanan di NTB jumlahnya 3.138. Kemudian pada 2024 saat Sirkuit Mandalika sudah digunakan dan dikenal luas, terdapat 1.490 perjalanan ke Lombok Tengah, dan 13.769 perjalanan ke NTB. Hanya dalam tiga tahun, angkanya naik berkali-kali lipat.

Sirkuit Mandalika Dibangun, Wisatawan Datang Berduyun-duyun

Data membuktikan, hadirnya Sirkuit Mandalika diikuti oleh naiknya perjalanan wisatawan ke Lombok Tengah dan NTB, begitu pula dengan tingkat okupansi hotelnya.

Kab. Lombok
Tengah

338,29Jumlah perjalanan (Ribu)
1.490

Prov. NTB

3.138
13.769

2021 (Sebelum Sirkuit Mandalika)2024 (Sesudah Sirkuit Mandalika)

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik) NTB & Lombok Tengah

Tahun

2021

Hotel Berbintang

0,00%

Hotel Non Berbintang

0,00%

Tahun

2024

Hotel Berbintang

0,00%

Hotel Non Berbintang

0,00%

Ringkasan

Perubahan 2021 → 2024

  • Hotel Berbintang

    Naik +6,88 poin (dari 33,51% → 40,39%) ≈+20,53% relatif.

  • Hotel Non Berbintang

    Naik +13,55 poin (dari 14,61% → 28,16%) ≈+92,74% relatif.

Tamu yang Menginap
di Hotel Bintang (2024)

24.651
74.071

Tamu yang Menginap
di Hotel Non Bintang (2024)

24.799
66.869
People
Tamu AsingTamu Indonesia

Dari segi tingkat okupansi atau keterisian hotel yang dihitung secara tahunan, angkanya juga menggembirakan. Pada 2021, okupansi hotel hanya 33,51% untuk hotel berbintang dan 14,61% untuk hotel nonbintang. Pada 2024 setelah adanya sirkuit, okupansinya naik ke angka 40,39% untuk hotel berbintang dan 28,16% untuk hotel nonbintang.

Semua ini tentu berkontribusi kepada peningkatan ekonomi NTB dan Lombok Tengah dengan membaiknya angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), nilai investasi, serta tingkat kemiskinan. Pada 2020, PDRB NTB dan Lombok Tengah berada pada angka Rp133,614 miliar dan Rp16,667 miliar. Pada 2023 setelah ada sirkuit, angkanya melonjak ke Rp166,395 miliar dan Rp21,251 miliar.

Mandalika tampaknya juga semakin menggiurkan sebagai tempat berinvestasi, baik itu bagi investor asing maupun dalam negeri. Pada 2020, nilai investasi yang masuk hanya 25,39 miliar dolar AS dari investor asing dan Rp413,5 triliun dari investor dalam negeri. Pada 2023, angkanya menyentuh 413,5 miliar dolar AS dan Rp675 triliun.

Kencangnya perputaran roda ekonomi tidak hanya dirasakan bisnis kelas kakap seperti hotel dan penerbangan. Masyarakat lokal di sekitaran Mandalika pun ikut ketiban berkah dari adanya sirkuit. Seperti yang ada di MotoGP, masyarakat mendapat pekerjaan sebagai marshal yang bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan pebalap serta penonton, juga tenaga pendukung lainnya. Dengan tugas tersebut, masyarakat bukan sekadar asal dapat kerja, akan tetapi diberi kepercayaan besar untuk mengawal event kelas dunia.

“Tahun ini terdapat sekitar 2073 tenaga kerja yang kami serap dengan 380 marshal dilatih langsung oleh instruktur dari FIM. Saat ini, seluruh marshal adalah putra bangsa yang memiliki peranan penting bahkan beberapa diantaranya juga ditugaskan untuk MotoGP di Sepang," terang Maya.

Sejak 2022, MotoGP selalu menyerap tenaga kerja. Pada edisi perdana, ITDC merekrut setidaknya 1.475 warga NTB dari enam desa untuk mengisi posisi marshal, petugas medis, crowd control, dan yang lainnya. Kemudian pada 2023, serapannya mencapai 2.400 orang, 2.750 orang pada 2024, dan terakhir ada  2.073 tenaga kerja lokal asal NTB yang terlibat dalam MotoGP tahun ini. Itu baru serapan tenaga kerja yang terlibat langsung di sirkuit. Belum lagi tenaga kerja yang tak terlibat langsung di sektor akomodasi

Itu baru serapan tenaga kerja yang terlibat langsung di sirkuit untuk event MotoGP. Belum lagi tenaga kerja yang tak terlibat langsung di sektor akomodasi, logistik, konsumsi, dan lainnya. Dalam skala daerah hingga nasional, jumlahnya dipastikan jauh lebih banyak lagi. Malah saat sedang tidak ada MotoGP pun, tenaga kerja lokal tetap mampu terserap. Hingga Juni 2025, KEK Mandalika telah tenaga kerja mencapai 19.010 orang.

Di samping terserapnya tenaga kerja, masyarakat lokal diuntungkan dengan digandengnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Apalagi, UMKM memang diberi tempat spesial untuk berjualan di sekitaran sirkuit. Ada 120 UMKM yang berpartisipasi dan menjajakan produknya. Hasilnya, suvenir khas Lombok hingga makanan laku keras. Bahkan pemilik warung nasi sampai harus menambah stok bahan baku karena dagangannya diserbu para penggemar MotoGP.

Bukan Cuma Pebalap
Ekonomi NTB Juga Ikut "Ngacir"
di Sirkuit Mandalika!

Naiknya kunjungan wisatawan setelah adanya Sirkuit Mandalika membawa dampak ekonomi bagi NTB dan Lombok Tengah. Ini terlihat dari membaiknya angka PDRB, nilai investasi, serta tingkat kemiskinan

PDRB NTB & LOMBOK TENGAH
2020 VS 2030

PDRB Prov. NTB

Rp133.614 M
166.395

PDRB Kab. Lombok Tengah

16.667
21.251

2020 (Sebelum Sirkuit Mandalika)2023 (Sesudah Sirkuit Mandalika)

INVESTASI DI NTB 2020 VS 2030

Investasi Asing
($ miliar)

25,39
45,76

Investasi Dalam Negeri
(Rp triliun)

413,5
675

20202023

TINGKAT KEMISKINAN
DI NTB & LOMBOK TENGAH 2020 VS 2024

Prov. NTB

13,97%
12,91%

Kab. Lombok Tengah

13,44%
12,07%

2020 (Sebelum Sirkuit Mandalika)2023 (Sesudah Sirkuit Mandalika)

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik) NTB & Lombok Tengah

Hasil paling menggembirakan dari adanya sirkuit dan MotoGP adalah menurunnya tingkat kemiskinan. Berdasarkan data resmi Pemprov NTB, diketahui pada 2020, jumlah masyarakat miskin di NTB menyentuh 713.890 di NTB dan 128.100 di Lombok tengah. Secara persentase, 13,97% masyarakat di NTB dan 13,44% masyarakat di Lombok Tengah dibelit kemiskinan. Angkanya lalu berangsur-angsur menurun setelah adanya sirkuit. Pada 2024, masyarakat miskin di NTB hanya berjumlah 709.010 (12,91%) dan 122.320 (12,07%) di Lombok tengah.

Dari MotoGP tahun ini saja, dampak ekonomi yang ditimbulkan sangat signifikan, mencapai Rp 4,8 triliun. Jika Indonesia terus mampu terus memaksimalkan potensi Mandalika, tentu bukan tak mungkin bakal semakin banyak lagi pundi-pundi rupiah yang berdatangan dan membawa manfaat.

Mandalika Menatap Masa Depan

Dengan sirkuit bertaraf internasional dan event prestisius seperti MotoGP, Mandalika kini menatap masa depan dengan satu misi: Menjadikan kawasan tersebut sebagai sentra wisata, olahraga, dan hiburan berkelas dunia yang diharapkan dapat terus menggerakan roda perekonomian NTB dan Indonesia.

Bagi Mandalika, MotoGP adalah kesempatan untuk untuk mewujudkan misi tersebut.  Hal itu sebagaimana disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Erick Thohir, sebelum balapan MotoGP tahun ini berlangsung.

"MotoGP bukan hanya tentang balapan, tetapi juga tentang warisan berharga bagi Indonesia yang memberi manfaat nyata bagi olahraga, pariwisata, dan kebanggaan nasional,” ujar Erick.

Pada kesempatan yang sama, hal senada juga disampaikan Maya Watono. Ia menegaskan bahwa MotoGP sejatinya merupakan katalis untuk memperkenalkan Indonesia ke kancah dunia. Bukan hanya sebagai penyelenggara ajang olahraga, melainkan juga promosi di bidang pariwisata.

“MotoGP di seluruh dunia memiliki fanbase yang luar biasa, disiarkan di kurang lebih 200 negara dengan viewers hampir 700 juta pasang mata. Jadi nilainya untuk exposure sangat luar biasa," tutur Maya.

"MotoGP bukan hanya tentang balapan, tetapi juga tentang warisan berharga bagi Indonesia yang memberi manfaat nyata bagi olahraga, pariwisata, dan kebanggaan nasional,"

Erick Thohir

Menteri Pemuda dan Olahraga RI

Erick Thohir

"MotoGP di seluruh dunia memiliki fanbase yang luar biasa, disiarkan di kurang lebih 200 negara dengan viewers hampir 700 juta pasang mata. Jadi nilainya untuk exposure sangat luar biasa,"

Maya Watono

Direktur Utama InJourney

Direktur Utama InJourney

Tentu saja, MotoGP bukan satu-satunya cara. Tak lengkap rasanya jika kawasan sekaliber Mandalika hanya menggelar satu event saja. Maka dari itu, dihadirkanlah berbagai event menarik lainnya di sana. Tak hanya balapan, namun juga berbagai acara mulai dari festival budaya, dan kegiatan komunitas akan digelar untuk menarik wisatawan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Bahkan tak tanggung-tanggung, sepanjang 2025 setidaknya Sirkuit Mandalika digunakan untuk 270 hari untuk berbagai event.

Selain MotoGP, beberapa event besar yang digelar di Mandalika antara lain GT World Challenge Asia serta World Superbike, dua balapan yang juga digemari banyak orang di berbagai penjuru dunia. Tak hanya balapan, Kawan perlu tahu jika di Sirkuit Mandalika pun ada ajang lari Pocari Sweat Run Lombok 2025 yang diikuti oleh 9.000 peserta.

Menjadi tuan rumah bagi ratusan event bergengsi dan mewujudkan misi untuk menjadi sentra wisata, olahraga, dan hiburan berkelas dunia tentu bukan perkara mudah. Terlepas dari sudah dimilikinya modal penting berupa infrastruktur berkelanjutan plus juga pesona alam dan budaya yang memikat, terdapat sederet tantangan mulai dari tingginya biaya hosting fee, kebutuhan SDM berkualitas, hingga inklusi sosial budaya.

Meski demikian the show must go on. Tantangan yang dihadapi tak menyurutkan langkah ITDC untuk terus mengantar Mandalika menuju masa depannya.

“ITDC akan terus menghadirkan event kelas dunia yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan perekonomian nasional. Dengan agenda yang padat sepanjang tahun, The Mandalika siap menyambut wisatawan dan pecinta olahraga dari seluruh dunia.” tutur Direktur Komersial ITDC, Troy Warokka, pada Februari lalu.

Di balik segala tantangan yang ada, tentu saja juga terbuka pula beragam peluang untuk memaksimalkan Mandalika sebagai motor penggerak roda ekonomi NTB. Misalnya saja, pemerintah dan ITDC dapat membantu UMKM lokal berintegrasi ke dalam rantai pasok formal. Dengan demikian, UMKM akan mampu mengoperasikan usahanya dengan lebih aman di bawah perjanjian bisnis yang jelas dan akses ke pendanaan formal, juga membuka pasar baru berkat kemitraan dengan pemasok dan distributor besar, yang pada akhirnya berujung kepada peningkatan skala usahanya.

Peluang lainnya adalah mengoptimalkan bandara untuk ekspor. Bandara Internasional Lombok pun tampak sudah menyadari potensi tersebut yang terbukti dari dihadirkannya Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) di gedung kargo bandara. Dengan adanya TPFT ini, pemeriksaan fisik barang kargo internasional bisa dilakukan secara terpadu mulai dari karantina, bea cukai, hingga keamanan penerbangan. Di TPFT, seluruh proses dilakukan dalam satu lokasi sehingga proses pengiriman kargo internasional bakal lebih cepat, hemat, dan efisien.

Perlu diingat, upaya menjadikan Mandalika sebagai sentra wisata, olahraga, dan hiburan berkelas dunia  membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Untuk itulah, tata kelolanya harus dilakukan secara inklusif. Sejauh ini, berbagai inisiatif telah dilakukan ITDC khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas SDM lokal. Misalnya saja pada 2025 ini, ada kursus bertajuk Injourney Hospitality House dengan pemuda desa sebagai pesertanya. Kemudian, ada pula pelatihan manajemen Homestay dan layanan tamu yang diselenggarakan bersama Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok.

Sport Tourism

Nikmati Sport Tourism

#DiIndonesiaAja

www.injourney.id
Dibuat oleh Good News From Indonesia
Logo GNFI

Editor

Aulli Atmam

Penulis

Tim Redaksi GNFI

Desain & Visual

Tim Kreatif GNFI

Web Developer

Danar Widi Utomo & Fika Nur Aini

Diterbitkan pada9 Oktober 2025